Bolehkah Orang yang Mudik Saat Lebaran Tidak Puasa? Begini Penjelasan dari MUI

Jumat 28 Mar 2025, 17:41 WIB
Ilustrasi. Berikut ini penjelasan mengenai boleh atau tidaknya orang yang mudik lebaran tidak berpuasa saat perjalanan. (Sumber: Poskota/Bilal Nugraha Ginanjar)

Ilustrasi. Berikut ini penjelasan mengenai boleh atau tidaknya orang yang mudik lebaran tidak berpuasa saat perjalanan. (Sumber: Poskota/Bilal Nugraha Ginanjar)

"Dalam kitab fiqih ulama banyak menjelaskan ketentuan perihal boleh atau tidaknya bagi orang yang sedang bepergian untuk tidak puasa," ujarnya, melansir laman MUI, Kamis 27 Maret 2025.

Misalnya antara lain disebutkan sebagai berikut:

( وَ ) يُبَاحُ تَرْكُهُ ( لِلْمُسَافِرِ سَفَرًا طَوِيلا مُبَاحًا ) فَإِنْ تَضَرَّرَ بِهِ فَالْفِطْرُ أَفْضَلُ وَإِلا فَالصَّوْمُ أَفْضَلُ كَمَا تَقَدَّمَ فِي بَابِ صَلاةِ الْمُسَافِرِ . ( وَلَوْ أَصْبَحَ ) الْمُقِيمُ ( صَائِمًا فَمَرِضَ أَفْطَرَ ) لِوُجُودِ الْمُبِيحِ لِلإِفْطَارِ . ( وَإِنْ سَافَرَ فَلا ) يُفْطِرُ تَغْلِيبًا لِحُكْمِ الْحَضَرِ وَقِيلَ يُفْطِرُ تَغْلِيبًا لِحُكْمِ السَّفَرِ

Artinya: "Dan dibolehkan meninggalkan berpuasa bagi seorang musafir dengan perjalan yang jauh dan diperbolehkan (mubah). Bila dengan berpuasa seorang musafir mengalami mudharat maka berbuka lebih utama, bila tidak maka berpuasa lebih utama sebagaimana telah lewat penjelasannya pada bab shalatnya musafir.

Bila pada pagi hari seorang yang bermukim berpuasa kemudian ia sakit maka ia diperbolehkan berbuka karena adanya alasan yang membolehkannya berbuka. Namun bila orang yang mukim itu melakukan perjalanan maka ia tidak dibolehkan berbuka dengan memenangkan hukum bagi orang yang tidak bepergian. Dikatakan juga ia boleh berbuka dengan memenangkan hukum bagi orang yang bepergian." (Jalaludin Al-Mahali, Kanzur Raghibin Syarh Minhajut Thalibin juz 2, hal. 161)

Baca Juga: Pantau Arus Mudik Lebaran 2025 Secara Real-Time Melaui CCTV Lalu Lintas, Berikut Linknya dan Dapat Diakses Pakai HP!

Sementara itu, hal tersebut juga dijelaskan dalam kitab Mughnil Muhtaj, dengan keterangan sebagaimana berikut:

وَلَوْ نَوَى وَسَافَرَ لَيْلًا، فَإِنْ جَاوَزَ قَبْلَ الْفَجْرِ مَا اُعْتُبِرَ مُجَاوَزَتُهُ فِي صَلَاةِ الْمُسَافِرِ أَفْطَرَ، وَإِلَّا فَلَا

Artinya: "Bila seseorang berniat puasa dan melakukan perjalanan pada malam hari, bila sebelum terbitnya fajar ia telah melewati batasan yang ditetapkan dalam bab sholatnya musafir maka ia boleh berbuka, bila tidak maka tidak boleh berbuka." (Muhammad Khatib As-Syarbini, Mughnil Muhtaj, juz 1, hal. 589).

Jadi, meski dalam perjalanan jauh seperti mudik dibolehkan untuk tidak berpuasa, namun, jika dalam perjalanan tersebut kuat berpuasa, maka memilih untuk berpuasa tentu lebih utama.

"Maka memilih waktu yang tepat untuk mudik dan menyiapkan bekal selama dalam perjalanan itu penting,” tandasnya.

“Selain hal di atas tentu tidak kalah pentingnya adalah membekali kita dengan ilmu pengetahuan tentang tata cara ibadah dalam selama dalam perjalanan," pungkasnya.

Berita Terkait

News Update