LEBAK, POSKOTA.CO.ID - Di sudut Kabupaten Lebak, tepatnya di Kampung Sabrang Pasir, Desa Citeras, Kecamatan Rangkasbitung, semangat gotong royong masih terjaga erat di antara warganya.
Dengan tekad kuat dan kebersamaan yang tak tergoyahkan, mereka berhasil membangun jalan beton sepanjang 60 meter secara swadaya, tanpa bantuan anggaran dari pemerintah desa.
Sudah sejak lama, kondisi jalan di kampung itu memprihatinkan. Jalan yang berlubang dan becek saat hujan membuat banyak pengendara, terutama pengendara roda dua, harus ekstra hati-hati saat melintas.
Tak jarang, mereka terjatuh akibat jalan yang rusak parah. Keadaan ini membuat warga geram. Mereka pun tak ingin terus-menerus menunggu janji perbaikan yang tak kunjung datang.
Baca Juga: Kala Pemudik Dihantui Jalur Perangkap Maut
Pada akhirnya, kesabaran mereka habis. Warga dari tiga kampung di Desa Citeras yaitu Kampung Sabrang Pasir, Kampung Sabrang Lebak, dan Kampung Lewi Kadu, memutuskan untuk turun tangan sendiri.
Mereka mengumpulkan dana dengan cara iuran, lalu bekerja sama membangun jalan yang selama ini mereka impikan.
Ketua RT 03 RW 04 Kampung Sabrang Pasir, Ayok, menyatakan inisiatif ini sepenuhnya berasal dari masyarakat. "Itu murni keinginan masyarakat dari hasil swadaya. Dananya hasil iuran dan pengerjaannya secara gotong royong," ungkapnya, belum lama ini.
Proses pembangunan dimulai pada 23 Februari 2025 dan dalam waktu empat hari, tepatnya pada 26 Februari 2025, pekerjaan pun rampung.
Baca Juga: Kelimpungan Cari Minyak Goreng: MinyaKita Menghilang Jelang Lebaran
Kini, jalan beton sepanjang 60 meter itu telah berdiri kokoh. Namun, aksesnya masih ditutup sementara untuk menunggu beton benar-benar mengering sebelum akhirnya bisa digunakan menjelang Lebaran nanti.
Pembangunan jalan ini melibatkan tiga RT dari tiga kampung berbeda. Mereka bekerja siang dan malam, bergotong royong mencampur semen, mengangkut batu, dan menuangkan beton ke jalur yang telah disiapkan. Dengan alat seadanya dan semangat yang besar, warga menyelesaikan pembangunan jalan lebih cepat dari perkiraan.
Keputusan membangun jalan secara swadaya bukan tanpa alasan. Menurut Ayok, warga sudah terlalu lama menunggu perhatian dari pemerintah desa.
Bertahun-tahun kondisi jalan semakin buruk, namun tak ada tanda-tanda akan ada perbaikan. Setiap musim hujan, genangan air dan lumpur menjadi pemandangan sehari-hari.
Banyak warga yang terjatuh saat melintas, terutama pengendara motor yang harus melewati jalan berlubang dengan penuh kehati-hatian.
Sanimah, salah seorang warga yang turut aktif dalam proses iuran dana, awalnya berharap ada bantuan dari pemerintah desa.
Dia bahkan sempat menginformasikan proyek swadaya ini kepada Sekretaris Desa (Sekdes) Citeras. Namun, harapan itu sirna begitu melihat balasan yang diberikan, sekadar stiker jempol “mantap”.
"Saya yang keliling iuran dana, dan kebetulan saya juga kader Posyandu di kampung sini. Kirain bakal dapat bantuan dari desa, malah cuma dapat stiker jempol mantap doang," katanya dengan nada kecewa.
Meski demikian, warga tak menyerah. Dengan atau tanpa bantuan pemerintah, mereka tetap bergotong royong menyelesaikan pembangunan jalan tersebut.
Bagi mereka, kepuasan terbesar adalah melihat hasil kerja keras sendiri, tanpa harus menunggu kepedulian yang belum tentu datang.
Gotong royong ini bukan hanya sekadar membangun jalan, tetapi juga mempererat hubungan sosial antarwarga.
Para pemuda, orang tua, hingga ibu-ibu turut berpartisipasi, entah dengan menyumbang tenaga, uang, atau sekadar menyediakan makanan dan minuman bagi para pekerja. Setiap sore, setelah seharian bekerja, mereka berkumpul, berbincang, dan menikmati hasil kerja keras bersama.
Tak hanya membangun infrastruktur, warga juga telah membangun solidaritas dan kebanggaan yang akan terus mengakar di kampung mereka.
Meskipun proyek ini telah selesai, banyak warga berharap ada tindak lanjut dari pemerintah. Mereka berharap perhatian lebih terhadap infrastruktur desa agar kejadian serupa tidak terus berulang. Jalan desa adalah urat nadi perekonomian masyarakat, dan ketika akses jalan baik, roda ekonomi pun ikut berputar lancar.
Di tengah keterbatasan, warga Kampung Sabrang Pasir telah membuktikan bahwa perubahan tidak selalu harus menunggu uluran tangan pemerintah.
Kadang, perubahan justru dimulai dari langkah kecil yang dilakukan bersama-sama. Sekarang mereka bisa berjalan dengan bangga di atas jalan beton yang dibangun dengan keringat sendiri, sambil berharap masa depan kampung mereka akan lebih baik dari sebelumnya.