Resmi, Jurnalis Kompas.com Laporkan Pelaku Penganiayaan Saat Meliput Tolak RUU TNI ke Polrestabes Bandung

Sabtu 22 Mar 2025, 21:23 WIB
Jurnalis Kompas.com Faqih resmi melaporkan insiden penganiayaannya ke Polrestabes Bandung pada Sabtu siang, 22 Maret 2025. Laporan dengan nomor LP/B/423/III/2025/SPKT/POLRESTABES BANDUNG/POLDA JAWA BARAT. (Sumber: Dok Istimewa)

Jurnalis Kompas.com Faqih resmi melaporkan insiden penganiayaannya ke Polrestabes Bandung pada Sabtu siang, 22 Maret 2025. Laporan dengan nomor LP/B/423/III/2025/SPKT/POLRESTABES BANDUNG/POLDA JAWA BARAT. (Sumber: Dok Istimewa)

BANDUNG, POSKOTA.CO.ID - Insiden kekerasan terhadap pekerja media kembali terjadi. Kali ini, seorang jurnalis media daring di Kota Bandung, Faqih Rohman Syafei, menjadi korban penganiayaan ketika sedang meliput aksi demonstrasi penolakan revisi Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (UU TNI) di depan Gedung DPRD Jawa Barat pada Jumat malam, 21 Maret 2025.

Faqih resmi melaporkan insiden tersebut ke Polrestabes Bandung pada Sabtu siang, 22 Maret 2025. Laporan dengan nomor LP/B/423/III/2025/SPKT/POLRESTABES BANDUNG/POLDA JAWA BARAT itu diterima sekitar pukul 14.15 WIB.

Baca Juga: Wartawan di Bandung Jadi Korban Kekerasan Saat Liput Aksi Tolak UU TNI

Dalam pelaporan tersebut, Faqih didampingi oleh sejumlah rekan seprofesi. Setelah menjalani pemeriksaan awal dan memberikan keterangan dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP), ia langsung melakukan visum di RS Sartika Asih untuk mendokumentasikan luka-luka yang diderita akibat penganiayaan tersebut.

Kronologi Insiden: Dari Peliputan ke Kekerasan Massa

Faqih menuturkan, peristiwa bermula saat dirinya bertugas meliput demonstrasi yang berlangsung di kawasan Jalan Diponegoro, tepat di depan kantor DPRD Jawa Barat sekitar pukul 20.00 WIB.

"Saat itu saya tengah mengambil dokumentasi aksi, tiba-tiba merasa diawasi dua orang tak dikenal. Mereka mengenakan kaos hitam, masker, dan helm. Saya sempat mendengar mereka mengatakan, 'ini pantau, ini pantau', seolah sedang memonitor saya," jelas Faqih.

Tak lama berselang, suasana menjadi mencekam setelah terdengar teriakan dari arah massa aksi yang mengidentifikasinya sebagai "intel". Tuduhan tersebut langsung menyulut ketegangan di tengah kerumunan.

"Saya langsung panik. Padahal saya sudah menunjukkan kartu pers Kompas.com kepada massa. Namun, mereka tetap mendesak saya untuk membuka ponsel. Saya tunjukkan grup WhatsApp redaksi untuk membuktikan kalau saya benar jurnalis," ungkap Faqih.

Baca Juga: Dihalangi Petugas Kejaksaan saat Bertemu Wartawan, Tom Lembong: Saya Punya Hak Bicara

Beruntung, ada sebagian peserta aksi yang mengenali Faqih sebagai wartawan. Mereka membantu mengamankannya dari desakan massa dan mengarahkan dia menuju Rumah Makan Bancakan di dekat lokasi.

Namun, perjalanan menuju tempat aman tersebut justru diwarnai kekerasan lanjutan. "Saya sempat ditendang beberapa kali dari belakang, baju saya juga ditarik. Bahkan kepala saya sempat dipukul dua kali dari sisi kiri," ujar Faqih.

Berita Terkait

News Update