POSKOTA.CO.ID — Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menegaskan bahwa pihaknya terus berupaya membangun Timnas Indonesia dengan strategi jangka panjang. Selain memanfaatkan pemain keturunan, PSSI juga fokus pada pembinaan usia dini demi masa depan sepak bola nasional.
Tiga pemain diaspora, yaitu Emil Audero, Joey Pelupessy, dan Dean James, resmi bergabung dengan Timnas Indonesia. Sebelumnya, Ole Romeny juga telah mendapatkan status Warga Negara Indonesia (WNI) dan siap menjalani debut.
Kehadiran pemain keturunan diharapkan dapat memperkuat komposisi skuad Garuda. Namun, Erick menekankan bahwa pembinaan pemain muda tetap menjadi prioritas utama dalam pengembangan sepak bola nasional.
Menurut Erick, naturalisasi bukan hal baru dalam dunia sepak bola. "Kita tahu banyak negara sekarang mengadopsi para pemain keturunan bisa memperkuat tim nasionalnya," ujarnya.
Baca Juga: Kata Erick Thohir Soal Egy Maulana Vikri yang Batal Perkuat Timnas Indonesia
Ia mencontohkan bagaimana Prancis dan Spanyol juga memanfaatkan pemain berdarah campuran. Bahkan, Filipina pun melakukan hal serupa untuk membangun tim nasional mereka.
Indonesia saat ini berada dalam momentum penting untuk merebut tiket ke Piala Dunia 2026. PSSI ingin memaksimalkan kesempatan ini tanpa mengesampingkan program Garuda Mendunia 2045.
"Seperti yang saya paparkan di DPR waktu itu, kita mau ke Piala Dunia pada tahun 2030 atau lebih. Tetapi sekarang ada momentum untuk 2026 yang kita punyai," jelas Erick.
Ia menambahkan bahwa tim kepelatihan yang dibentuk saat ini memiliki kualitas dunia. Selain itu, PSSI berupaya memastikan pemain terbaik bergabung dalam skuad Timnas Indonesia.
Baca Juga: Polemik Hari Jadi Persib Bandung, Antara Sejarah dan Kebanggaan Bobotoh
Terkait pembinaan usia dini, Erick menegaskan bahwa PSSI terus mengawal perkembangan Timnas U-17. Tim tersebut tengah bersiap untuk berlaga di Piala Asia U-17 2025 di Arab Saudi.
Liga Indonesia Baru (LIB) juga tetap menjalankan program Elite Pro Academy untuk membina talenta muda. Selain itu, PSSI terus mengembangkan kompetisi seperti Piala Soeratin dan Pertiwi Cup.
Erick menegaskan bahwa pembinaan pemain muda tetap menjadi fokus utama PSSI. "Apakah kita tidak membina akar rumput? LIB sendiri punya EPA U-17 dan U-20, kita juga membuat Pertiwi dan Soeratin, semua kita lakukan," ungkapnya.
Ia juga menegaskan bahwa program naturalisasi hanyalah opsi, bukan jalan pintas untuk menang. "Kalau memang pemainnya ada, ya silakan. Tetapi bukan berarti ini menjadi sekadar jalan pintas untuk menang," tutup Erick.