Tak hanya sebagai penanda, tradisi ini juga menjadi tontonan yang dinantikan warga, terutama anak-anak.
Chandra, salah seorang warga sekitar, mengungkapkan bahwa setiap menjelang Magrib, banyak orang berkumpul di sekitar masjid untuk menyaksikan prosesi penyalaan meriam.
“Dari dulu, kalau sudah terdengar suara meriam ini, artinya waktu buka puasa sudah tiba. Sekarang ini, banyak warga yang sengaja datang karena penasaran ingin melihatnya langsung,” katanya.
Meriam ini tak hanya berbunyi saat berbuka puasa, tetapi juga saat Imsak. Dua kali dalam sehari selama Ramadhan, suara meriam menggelegar sebagai alarm alami bagi masyarakat.
Persiapannya pun terbilang cepat, hanya butuh sekitar dua menit untuk memasukkan bahan bakar dan menyalakannya.
Tradisi ini bukan sekadar ritual turun-temurun, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan warga dalam menyambut waktu berbuka.
Meski zaman terus berkembang, dentuman meriam di langit Lebak tetap bertahan, mengiringi suara azan yang menandakan datangnya waktu berbuka dan sahur.