LEBAK, POSKOTA.CO.ID - Seiring azan Magrib yang berkumandang, suara ledakan meriam menggema di langit Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.
Dentuman keras itu bukan sekadar letusan biasa, melainkan penanda berbuka puasa yang telah menjadi tradisi turun-temurun warga setempat.
Di halaman Masjid Agung Al-A'araf, beberapa warga tampak sibuk. Seorang pria dengan cekatan memasukkan minyak tanah dan karbit ke dalam sebuah pipa besi panjang.
Pipa yang telah berusia puluhan tahun itu bukan sembarang benda, melainkan meriam tradisional yang hanya dinyalakan setahun sekali, khusus di bulan Ramadhan.
Baca Juga: Meriahnya Tradisi Ngadu Bedug di Malam Ramadan
Ketika jarum jam menunjukkan pukul 18.15 WIB, seorang warga mendekatkan kain yang sudah dibakar ke sumbu meriam. Seketika, ledakan dahsyat menggetarkan udara, menandakan waktu berbuka puasa telah tiba.
Taufik, DKM Masjid Agung Al-A'araf, mengenang bagaimana tradisi ini sudah berlangsung sejak lama.
“Kalau menurut cerita orang tua dulu, meriam ini sudah digunakan warga sejak tahun 1970. Sampai sekarang masih tetap dipertahankan,” ujarnya, Senin, 10 Maret 2025.
Suara ledakan meriam itu tak hanya menggema di sekitar masjid, tetapi juga menjangkau tiga kecamatan di Lebak, yakni Rangkasbitung, Kalanganyar, dan Cibadak.
Baca Juga: Motor Oji Cepat Rusak Kena Air Rob di Muara Angke
Dentumannya yang khas menjadi isyarat bagi warga untuk segera berbuka puasa setelah seharian menahan lapar dan dahaga.