POSKOTA.CO.ID - Calvin Verdonk menjadi satu dari banyak pemain keturunan di Timnas Indonesia yang sudah menjadi andalan di tim inti.
Bahkan, Verdonk menjadi salah satu pemain yang dinilai paling konsisten dan selalu spartan setiap bermain dengan seragam Merah Putih.
Menariknya, kini Verdonk mendapat pesain baru yang juga pemain keturunan Belanda, Dean James di posisi bek kiri.
Meski begitu, Verdonk bisa lebih percaya diri tetap jadi andalan karena sudah lebih dulu paham dengan skuad dan juga sedang berada di top performa bersama NEC Nijmegen.
Baca Juga: Tiket Laga Timnas Indonsia vs Bahrain Sold Out, Fans Garuda Siap Berikan Teror Penuh di GBK
Calvin Verdonk Peduli Pemain Lokal
Sejak resmi menjadi pemain Timnas Indonesia pada pertengahan 2024 lalu, Verdonk sudah memiliki 7 caps bersama Timnas Indonesia.
Namun, keberadaan Verdonk di Timnas Indonesia tak lantas membuatnya menyampingkan pemain-pemain lokal.
Seperti diketahui, kini Timnas Indonesia semakin kental dengan nuansa Belanda berkat adanya pemain-pemain keturunan.
Ditambah, kini Garuda ditangani oleh rombongan tim pelatih dari Belanda yakni Patrick Kluivert, Denny Landzaat, Alex Pastoor, dan Gerald Vananburg.
Hal ini diprediksi makin mempererat koneksi antara pemain dan pelatih, tak terkecuali Verdonk yang merupakan keturunan Belanda.
Verdonk Minta Kluivert Gunakan Bahasa Inggris
Verdonk mengaku dirinya antusias ingin segera bekerja sama dengan tim pelatih asal Belanda tersebut di Timnas Indonesia.
"Saya tahu Landzaat dari (sejak di) Feyenoord, Kluivet adalah legenda, dan Pastoor jenius secara taktik. Saya tak sabar," ucap Verdonk, dilansir dari AD.nl.
Namun, Verdonk juga enggan mengesampingkan pemain-pemain lokal di Timnas Indonesia kendati kini didominasi pemain dan staff dari Belanda.
"Kami akan terus pakai Bahasa Inggris di kamar ganti karena separuh pemain adalah orang Indonesia," tegas Verdonk.
Hal tersebut diinginkan Calvin Verdonk untuk menghindari banyaknya perbincangan dan interaksi berbahasa Belanda di antara pemain dan pelatih asal Belanda yang tentu tidak dipahami pemain lokal Indonesia.