“Kok bisa?” tanya Heri lagi.
“Klasik itu sulit dicari, selain lebih natural, juga tampak anggun, keibuan,” kata Yudi.
“Kalian ini ngelantur bahas wajah klasik. Kembali ke topik awal, gimana itu soal yang klasik dalam pemilu seperti pilkada berbiaya tinggi,” kata mas Bro.
“Kalau politik berbiaya tinggi tidak terbantahkan. Masalahnya biaya tinggi, tetapi tidak mengurangi jumlah peminat, malah terlihat semakin banyak,” kata Heri.
“Itu karena makin banyak pula orang yang menjadi pejabat. Wajar saja, setiap orang ingin naik statusnya. Awalnya jadi staf ingin jadi kepala bagian, kepala dinas, dan seterusnya hingga menjadi bupati atau wali kota,” kata Yudi.
“Yang dulunya pengusaha, ingin lebih berkuasa di pemerintahan dan masih banyak lagi. Pilkada ke depan, makin beragam dan banyak lagi calonnya,” ujar Heri.
“Nggak masalah, asal jalannya baik dan benar. Jangan menyebar uang membeli suara. Tidak mempolitisasi ASN untuk memenangkan pilkada. Jangan pula sok kuasa karena uangnya tak berseri,” ujar mas Bro. (Joko Lestari).