Zulhan mengatakan, konsep tersebut diterapkan di Thailand dan Vietnam. Di sana, pertanian durian bisa beri andil mencapai US$ 4 miliar karena pemerintah mematok harga yang menguntungkan petani.
Hasilnya, petani ikut sejahtera karena memiliki cukup uang sehingga mendorong produktivitas bahkan aktif dalam pengembangan jenis tanaman baru.
Baca Juga: PAN Klarifikasi Pernyataan Zulhas Tentang Praktik Shalat Dikaitkan dengan Pilpres 2024
"Kita kan tidak, kelapa misalnya. Pohon kelapa kita Tuhan yang kasih hidup, Tuhan yang jatohkan (buah kelapanya), peran kita ada di mana?" tanyanya.
Dia juga menyinggung tertinggalnya petani Indonesia dalam penggunaan teknologi pertanian. Padahal itu dianggap bisa mendorong tercapainya target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.
"Orang sudah pakai teknologi, sudah menerapkan mekanisme tertentu. Kita tentu harus mengarah ke sana. Kalau kita arah ke sana dengan jumlah petani yang begitu banyak dan produktif maka pertanian bisa memberikan andil dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen," paparnya.
Menteri Zulhas mengatakan, hal tersebut juga tidak lepas dari kurangnya perhatian pemerintah terhadap sektor pertanian selama 26 tahun ke belakang.
Baca Juga: Zulhas Optimis Elektabilitas PAN Lebih Baik Ketimbang Hasil Survei
Padahal, kata dia, saat pemerintahan Presiden Soeharto sektor pertanian menyumbang hingga 66 persen terhadap penyerapan tenaga kerja, namun sekarang hanya 20-25 persen.
Di samping secara bertahap mengadopsi teknologi di bidang pertanian, Zulhas menyoroti pentingnya memberikan kesadaran bahwa pertanian adalah industri yang menguntungkan.
Hal ini dapat mulai dengan membiaskan masyarakat menanam tanaman di pekarangan rumah yang sampai saat ini masih sangat rendah.
"Anak muda dan milenial ditanya mau jadi petani, nggak ada mau karena rezekinya gelap," imbuh Zulhas.