Namun dalam kenyataannya, yang dibeli adalah RON 90 atau Pertalite, yang kemudian dilakukan pencampuran (blending) di depo untuk meningkatkan RON menjadi 92.
Dan Yoki Firnandi diduga melakukan penggelembungan harga (markup) sebesar 13 hingga 15 persen dalam pengadaan impor minyak mentah dan produk kilang melalui PT Pertamina International Shipping.
Tindakan tersebut diduga telah menguntungkan pihak perantara (broker) dan malah memberikan kerugian kepada keuangan negara.
Menanggapinya, Heppy menjelaskan bahwa proses yang dilakukan di terminal utama BBM hanya melibatkan injeksi pewarna (dyes) sebagai pembeda produk agar mudah dikenali oleh masyarakat.
Serta penambahan aditif untuk meningkatkan performa Pertamax. "Jadi, bukan pengoplosan atau mengubah RON. Masyarakat tidak perlu khawatir dengan kualitas Pertamax," tegasnya.
Baca Juga: Kilang Pertamina Internasional Resmi Produksi B40
Tak hanya itu, Pertamina Patra Niaga juga memastikan bahwa prosedur dan pengawasan ketat diterapkan dalam pelaksanaan pengendalian kualitas (quality control).
Selain itu, dia menyatakan bahwa Distribusi BBM Pertamina diawasi oleh Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas).
"Kami menaati prosedur untuk memastikan kualitas, dan dalam distribusinya juga diawasi oleh BPH Migas," tambahnya.
Sebelumnya, Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menyatakan bahwa mereka berkomitmen menjaga kualitas BBM yang didistribusikan kepada masyarakat.