POSKOTA.CO.ID - Mata uang kripto Bitcoin (BTC) merosot tajam pada Rabu, 26 Februari 2025 ke level harga USD 88.000 atau setara dengan Rp1,44 miliar saat kurs Rp16.370.
Dua hari sebelumnya, harga Bitcoin berada di level Rp1,55 miliar dan langsung merosot tajam akibat adanya ketidakpastian ekonomi yang membuat pasar kripto panik.
Aset digital ini mengalami penurunan cukup dalam mencapai 20 persen sejak menyentuk rekor tertingginya yaitu Rp1,78 miliar tepat sebelum dilantiknya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Baca Juga: Harga Bitcoin Hari Ini 26 Februari 2025: Pasar Kripto Ambruk, BTC Terjun ke Level USD 88 Ribu
Tekanan dari Ketidakpastian Ekonomi
Melansir dari laman Investopedia, penurunan mendadak Bitcoin ini kemungkinan disebabkan oleh meningkatnya kekhawatiran terhadap faktor ekonomi AS, terutama inflasi dan kebijakan perdagangan.
Dalam konferensi persnya, Trump menegaskan kembali bahwa tarif terhadap Meksiko dan Kanada akan tetap diberlakukan seperti yang direncanakan.
Para ekonom telah lama khawatir bahwa penerapan tarif ini dapat memicu kembali inflasi. Selain itu, Investor kripto juga akan memperhatikan data inflasi yang dikenal sebagai core Personal Consumption Expenditures (PCE), metrik inflasi Federal Reserve untuk mencari petunjuk setelah Indeks Harga Konsumen (CPI) bulan Januari lebih tinggi dari perkiraan.
Inflasi yang terus-menerus akan menyulitkan The Fed untuk memangkas suku bunga secara agresif, dan ini bukan kabar baik bagi investor di aset berisiko seperti kripto atau saham.
Baca Juga: Bitcoin Anjlok di Bawah 90 Ribu Dolar, Pakar: Investor Harus Mengambil Risiko Saat Ini
Kemudian suku bunga yang lebih tinggi berarti imbal hasil yang lebih tinggi pada obligasi pemerintah AS yang lebih aman, dan prospek ini telah mengguncang pasar saham dan kripto.
Apa yang Harus Dilakukan Investor?
Kepala Riset Aset Digital Global, Geoff Kendrick menyebutkan bahwa penurunan harga ini bukanlah hal yang mendadak, meski begitu ia tidak menyarankan untuk membeli Bitcoin saat ini.