Kisah Deni Alik Pengantar Jenazah, Rela Antar dari Depok sampai Aceh

Jumat 21 Feb 2025, 08:24 WIB
Deni Alik atau yang biasa disapa Ali, warga Cilodong, Depok, saat mengendarai mobil Jenazah, Kamis (20/2). Dia membantu banyak orang dengan menjadi pengemudi mobil jenazah sejak 1995. (Sumber: Poskota/Angga Pahlevi)

Deni Alik atau yang biasa disapa Ali, warga Cilodong, Depok, saat mengendarai mobil Jenazah, Kamis (20/2). Dia membantu banyak orang dengan menjadi pengemudi mobil jenazah sejak 1995. (Sumber: Poskota/Angga Pahlevi)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Deni Alik, yang akrab disapa Ali, telah menghabiskan sebagian besar hidupnya di balik kemudi mobil jenazah.

Pria berusia 48 tahun yang berdomisili di Cilodong, Kota Depok ini, mulai menggeluti profesi sebagai pengantar jenazah sejak 1995.

Namun, perjalanannya tak serta-merta dimulai dari sana. Jauh sebelumnya, pada 1993, Ali hanyalah seorang kernet yang ikut membantu petugas evakuasi, termasuk dalam peristiwa tragis kecelakaan kereta api di Ratu Jaya.

Saat itu, mayat bergelimpangan, dan Ali bersama timnya berusaha mengantarkan mereka ke rumah sakit. Seiring waktu, Ali mulai berpikir untuk mandiri.

Baca Juga: Hilang Wangi Pasar Bunga Rawa Belong: Pedagang Memilih Jualan di Pinggir Jalan 

Pada 1995, dia akhirnya memiliki kendaraan sendiri dan menjadikannya mobil jenazah. Namun pekerjaan ini pun tidak selalu berjalan mulus.

Sempat vakum pada 2000, Ali mencoba berbagai profesi lain, termasuk menjadi sopir truk dan bus dengan trayek Jakarta-Denpasar. Bahkan, selama 2,5 tahun, Ali menjadi sopir bus haji dan umroh di perusahaan otobus Indonesia.

Namun, takdir membawanya kembali ke profesi yang dulu ia geluti, yakni mengantar jenazah ke peristirahatan terakhir.

Ali menyadari, pekerjaan yang dilakoninya ini penuh dengan tantangan. Dia pernah dimarahi keluarga jenazah karena hal-hal yang berada di luar kendalinya, tetapi ada juga momen di mana ia mendapat ucapan terima kasih yang tulus.

"Macam-macam senang dukanya. Tapi itu hal biasa jadi diterima dengan ikhlas saja," ungkapnya.

Selama lebih dari dua dekade menjalani profesi ini, Ali tak pernah mengalami kejadian mistis. Padahal, ia sering membawa jasad dalam kondisi mengenaskan, mulai dari yang sudah membusuk hingga korban yang meninggal secara tak wajar.

Namun, dengan keyakinan dan doa yang selalu ia panjatkan sebelum menjalankan tugas, ia merasa tak pernah diganggu.

Lebih dari sekadar sopir, Ali juga membekali dirinya dengan ilmu forensik. Pada 2008, ia mengikuti pelatihan di salah satu fakultas kedokteran ternama di Jakarta. Dari sana, ia mempelajari berbagai teknik evakuasi korban, memandikan jenazah, mengafani, hingga proses pemulasaran.

"Dalam penanganan jasad mati tidak wajar, gantung diri, atau yang sudah membusuk, ada prosedur khusus. Itu semua saya pelajari dari pelatihan forensik," jelasnya.

Wilayah pengantaran jenazah yang ia tangani tidak hanya terbatas di sekitar Depok. Dahulu, ketika jasa kargo belum banyak tersedia, ia bahkan pernah mengantarkan jenazah hingga ke Provinsi Aceh melalui jalur darat.

Rutinitasnya selalu dimulai dengan doa. Sebelum mengemudikan ambulans, Ali berdoa untuk keselamatan diri dan mendoakan jenazah yang akan diantarkan. Ia juga membawa perlengkapan kantong jenazah serta bekerja sama dengan tim berjumlah minimal tiga orang dari pihak swasta.

Menariknya, dia menyebut pekerjaannya ini murni layanan sosial. Tidak ada donatur tetap, dan perawatan kendaraan dilakukan secara mandiri.

Meski setiap hari berhadapan dengan kematian dan bau mayat yang menyengat, Ali menjalaninya dengan lapang dada. "Segala risiko yang dihadapi akan tetap dijalankan," katanya.

Dalam kasus jenazah yang meninggal tidak wajar, ia memastikan prosedur berjalan sesuai standar, mulai dari pengecekan oleh tim Inafis kepolisian hingga proses pemulasaran yang dilakukan dengan cara khusus.

Ali juga menegaskan pentingnya menghormati jenazah, baik dalam proses evakuasi maupun pemakaman. Ia selalu memastikan setiap jenazah mendapat perlakuan sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Bahkan, dalam kasus tertentu, ia menggunakan peti untuk meminimalisir bau tak sedap.

Sebagai sopir mobil jenazah, Ali memiliki satu pesan penting bagi rekan-rekannya seprofesi. Ia mengingatkan agar tetap menjaga etika berkendara dan tidak arogan di jalan. "Bagi pengguna strobo, jika bisa cukup nyalakan lampu depan saja. Hindari menyalakan lampu belakang agar tidak membahayakan kendaraan lain," tutupnya.

Dalam perjalanan hidupnya, Ali telah mengantarkan banyak jenazah menuju peristirahatan terakhir. Bagi sebagian orang, profesinya mungkin terdengar menakutkan. Namun bagi Ali, ini adalah bentuk pengabdian, sebuah pekerjaan yang dilakukan dengan penuh keikhlasan dan tanggung jawab.

Berita Terkait

News Update