Dia menjadi musisi pengganti untuk keyboardist Giant Step dan menjadi drummer untuk karya-karya pentas The Rollies. Sampai akhirnya merilis album debutnya, "Selangkah ke Seberang," pada 1979.
Pada 1980, Fariz merilis album keduanya yang bertajuk Sakura yang menjadi hits. Di album ini, sistem rekamnya overdubbed, Fariz memainkan berbagai instrumen, seperti drum, keyboard, gitar, bas, perkusi, secara mandiri.
Di saat tren musik masih terbuai dalam balada yang mendayu-dayu, Fariz malah menawarkan konsep musik yang danceable ala Earth Wind & Fire dengan penonjolan pada aransemen brass section sebagai aksentuasi dan teknik bernyanyi falsetto.
Baca Juga: Sebut Hotman Paris Sesat, Firdaus Oiwobo: Macul Aja Sana di Kampung
Setelah itu, membentuk grup Transs, yang personelnya antara lain Erwin Gutawa, pemusik yang sekarang banyak dikaitkan dengan aransemen berbau orkestral.
Dengan Transs, Fariz menawarkan konsep musik fusion, yang akhirnya membuat sejumlah grup musik terinspirasi untuk menggarap musik fusion, yang memadukan jazz dan rock.
Fariz pernah 'menghilang' sekira 10 tahun dari panggung musik Indonesia. Kemudian menggelar konser terbesarnya, yakni Pagelaran Zaman Emas Fariz RM, 21 Agustus 2003 di Plenari Hall, JCC Jakarta.
Baca Juga: Lirik dan Terjemahan Lagu 'Time 2 Shine' - Xodiac yang Masuk Trending YouTube
Konser tersebut dinilai gagal karena jumlah penonton yang hadir terbilang cukup sedikit (hanya 2000 orang dari kapasitas 5000).
Namun di tengah pengaruhnya yang cukup besar di industri musik, Fariz RM harus berurusan dengan pihak kepolisian, karena penyalahgunaan narkoba.Fariz RM pertama kali ditangkap narkoba pada 2007.
Saat itu, dia ditahan polisi dalam sebuah razia di Jakarta bersama 1,5 linting ganja seberat 5 gram yang disimpan dalam bungkus rokok.