JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Dinas Perhubungan (Dishub) Jakarta, mengungkap penyebab kemacetan di Jakarta yang tidak kunjung selesai. Bahkan bisa dibilang macet menjadi masalah klasik.
Kadishub Jakarta, Syafrin Liputo menyampaikan, kebijakan mengatasi kemacetan telah dilakukan yakni mengubah permasalahan transportasi dari Car Oriented Development (COD) menjadi Transit Oriented Development (TOD).
Syafrin memberikan contoh sistem COD di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Di lokasi itu disebutkan, kata dia, banyak dibangun Mall, namun tidak ada batasan maksimal lokasi parkir yang disediakan.
Baca Juga: Bareskrim Polri Usut Dalang Kasus Pagar Laut Tangerang
"Akhirnya yang terjadi adalah pengembang membangun gedung dengan luasan parkir yang demikian masif. Begitu luasan parkir demikian masif, maka yang terjadi adalah semua kendaraan akan berlomba masuk ke lokasi itu. Grand Indonesia misalnya, Plaza Indonesia, dan banyak gedung di kawasan Sudirman," kata Syafrin di Balai Kota, Senin, 17 Februari 2025.
"Tapi saya ilustrasikan disini adalah yang terjadi di Kuningan City. Kita bisa lihat sekarang karena tidak ada batasan maksimum lokasi parkir di sana dibangun masif, sekarang itu lokasi parkirnya kosong. Diupayakan untuk mengisi dengan kegiatan lainnya, artinya apa? Itu waktu kebijakannya masih car-oriented development," sambungnya.
Syafrin menyampaikan bahwa kebijakan COD ini tidak bisa dilihat dalam waktu pendek. Langkah ini dilakukan sebagai prinsip menuju kota berkelanjutan.
Baca Juga: Anggota DPRD Jakarta Usul Raperda Pembatasan Usia Kendaraan Dikaji Matang
"Bagaimana pergerakan orang yang dulu di awalnya itu 300an, 400an ribu misalnya, layanan Transjakarta saat ini per hari mereka sudah sampai 1,3 juta bahkan pelanggannya. Artinya ada peningkatan," jelasnya.
Disamping itu, Syafrin menyampaikan, pihaknya juga memikirkan agar bagaimana masyarakat khususnya pejalan kaki, bisa dengan mudah menggapai angkutan umum. Sehingga masyarakat dimudahkan untuk menaiki transportasi publik.
"Sekarang Jakarta membangun itu semuanya, pedestrianisasi disiapkan, kemudian menuju kepada layanan angkutan umum yang ada baik itu di halte, stasiun, semuanya diintegrasikan. Artinya ini secara bertahap terus dilakukan," tukasnya.