4 Alasan Kuat Bitcoin Siap Meroket di Tahun 2025, Ini Prediksinya

Sabtu 08 Feb 2025, 00:04 WIB
Ilustrasi mata uang kripto Bitcoin (BTC) (Sumber: watcher guru)

Ilustrasi mata uang kripto Bitcoin (BTC) (Sumber: watcher guru)

POSKOTA.CO.ID - Harga pasar Bitcoin (BTC) sempat mengalami koreksi dan diperdagangkan di bawah harga 98.000 dolar atau setara dengan Rp1,6 miliar sejak November 2024.

Namun koin cryptocurrency itu menunjukkan ketahanan dan potensi untuk kembali melanjutkan tren kenaikannya.

Sejumlah faktor fundamental dan teknikal mendukung pandangan bahwa Bitcoin masih berada dalam kondisi kenaikan dan siap untuk melonjak lebih tinggi dalam waktu dekat.

Artikel ini akan membahas alasan utama mengapa harga Bitcoin akan terus meningkat di tahun 2025.

Baca Juga: Caviar Luncurkan iPhone 16 dan iPhone Pro Max Edisi Bitcoin dengan Lapisan Emas 24 Karat

4 Alasan Bitcoin Meroket di Tahun 2025

Pasokan Semakin Menipis di Bursa Kripto

Salah satu indikator kenaikan yang signifikan adalah penurunan jumlah mata uang kripto ini di bursa.

Berdasarkan pada laporan Cointelegraph, dalam enam bulan terakhir jumlah BTC yang disimpan di bursa telah menyusut sebesar 13 persen dari total 3,1 juta BTC pada Agustus 2024 menjadi 2,67 jta BTC pada Februari 2025.

Hal ini merupakan level terendah dalam enam tahun terakhir. Penurunan pasokan ini, mengindikasikan bahwa investor lebih memilih untuk menarik aset ke dompet pribadi (self-custody) daripada menjualnya di pasar kripto.

Dengan begitu, menjadi tanda adanya keyakinan dari investor terhadap potensi kenaikan harga di masa depan.

Baca Juga: Mungkinkah Bitcoin Bullish Tinggi pada Februari 2025?

Sinyal ini dipertegas dengan adanya aksi akumulasi oleh investor besar (whales) yang semakin memperkuat perubahan harga pasar ke arah tren positif.

Pada 5 Februari 2025, sebanyak 17.000 BTC ditarik dari bursa dengan 15.000 BTC di antaranya berasal dari Coinbase.

Dolar AS Melemah, Bitcoin Jadi Pilihan Menarik

Indeks Dolar AS (DXY) yang mengukur kekuatan dolar terhadap mata uang utama dunia, mengalami penurunan sebesar 1.7 persen pada 3 Februari 2025 setelah Presiden Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif terhadap Kanada dan Meksiko.

Meskipun DXY sempat pulih setelah Trump menunda penerapan tarif, tren pelemahan dolar AS memberikan sentimen positif bagi Bitcoin.

Baca Juga: Bitcoin Mengalami Lonjakan 141,7 Persen di Era Trump, Simak Aplikasi Trading Kripto Terbaik 2025

Hal ini disebabkan karena Bitcoin sering dianggap sebagai aset safe haven atau lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi global.

Ketika nilai dolar AS menurun, investor cenderung mencari alternatif investasi yang lebih aman dan menarik, seperti Bitcoin.

Arus Masuk ETF Bitcoin Spot Tetap Kuat

Bitcoin mendapatkan dorongan signifikan dari investasi institusional melalui ETF Bitcoin spot. Dalam dua minggu terakhir saja, ETF BTC yang berbasis di AS mencatat arus masuk bersih sebesar Rp40,8 triliun atau 2,5 miliar dolar.

Sejak diluncurkan pada Januari 2024, produk investasi ini telah menarik total Rp653,5 triliun atau 40 miliar dolar.

Baca Juga: Harga Bitcoin Diprediksi akan Naik hingga USD 500.000 Versi Standard Chartered

Lonjakan permintaan dari investor institusional ini memperkuat narasi bullish bahwa Bitcoin semakin diterima dalam keuangan tradisional dan akan terus mengalami apresiasi harga.

Kehadiran ETF Bitcoin spot memberikan akses yang lebih mudah bagi investor institusional untuk berinvestasi di Bitcoin tanpa harus membeli dan menyimpan aset digital tersebut secara langsung. Hal ini meningkatkan likuiditas pasar Bitcoin dan memperluas basis investor potensial.

Pola Teknikal "Bull Flag" Mengindikasikan Kelanjutan Tren Naik

Meskipun harga BTC mengalami koreksi dalam beberapa hari terakhir, pola teknikal bull flag pada grafik mingguan mengindikasikan bahwa tren naik masih berlanjut.

Bull flag adalah pola grafik yang terbentuk ketika harga mengalami kenaikan tajam (flagpole), diikuti oleh fase konsolidasi (flag) yang membentuk pola menurun. Pola ini biasanya menandakan bahwa tren naik akan berlanjut setelah harga berhasil breakout dari flag.

Baca Juga: Michael Saylor Sebut Bitcoin Tetap Menjadi Instrumen Investasi Strategis, Harga Pasar Langsung Naik!

Jika Bitcoin berhasil menutup candle mingguan di atas Rp1,69 miliar atau 101.800 dolar, ini bisa menjadi konfirmasi breakout yang mendorong harga menuju Rp2,7 miliar atau 167.000 dolar, kenaikan sekitar 70% dari harga saat ini.

Selain itu, indikator Relative Strength Index (RSI) berada di level 63, yang menunjukkan bahwa pasar masih memiliki ruang untuk naik lebih tinggi.

RSI adalah indikator momentum yang mengukur kecepatan dan perubahan harga. Level RSI di atas 50 umumnya mengindikasikan tren naik.

Meskipun pasar kripto selalu dipenuhi dengan volatilitas dan ketidakpastian, namun sejumlah faktor fundamental dan teknikal mendukung pandangan bahwa Bitcoin masih dalam tren positif dan siap melanjutkan kenaikannya di tahun 2025.

Disclaimer: Artikel ini hanya informasi umum dan bukan saran atau ajakan untuk berinvestasi mata uang kripto atau cryptocurrency.

Berita Terkait

News Update