JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Curah hujan tinggi menyebabkan beberapa wilayah di Jakarta kebanjiran. Warga yang rumahnya kebanjiran pun mengungsi ke beberapa tempat. Seperti yang dialami warga Kampung Sepatan RT 018 RW 005, Kelurahan Rorotan, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.
Ketua RT setempat, Saripah, 50 tahun, mengatakan, hujan yang turun selama berhari-hari membuat ratusan warga Kampung Sepatan, terpaksa mengungsi. Dia menyaksikan bagaimana derasnya aliran air dari Kali Gendong Cakung Drain yang meluap, menggenangi rumah-rumah hingga tak lagi bisa dihuni.
"Hujan turun terus-menerus sejak Selasa kemarin, membuat air di Kali (Gendong Cakung Drain) meluap dan langsung membanjiri rumah warga," ujar Saripah kepada Poskota, Kamis, 30 Januari 2025.
Datangnya air begitu mendadak, membuat warga tak sempat menyelamatkan barang-barang berharga. "Air tiba-tiba masuk ke rumah hingga setinggi dada orang dewasa. Kami tidak punya waktu untuk menyelamatkan apa pun selain pakaian di badan dan beberapa dokumen penting," tuturnya dengan nada sedih.
Baca Juga: Master Plan Pengendalian Banjir Jakarta Sudah Usang
Dia menuturkan, kedalaman air bervariasi, mulai dari satu hingga dua meter, merendam hampir seluruh pemukiman. Situasi semakin memburuk pada Rabu (29/1) malam. Sekitar pukul 21.00 WIB, air semakin tinggi dan memaksa warga untuk segera meninggalkan rumah mereka.
Saripah menyebutkan, total warganya ada 400 keluarga dengan jumlah 1.221 jiwa. Dari jumlah itu, sekitar 400 jiwa harus mengungsi di delapan peti kemas, di Depo BCC, Jakarta Utara.
Ia mengungkapkan, warga sudah menerima bantuan dari BPBD Jakarta dan Dinas Sosial, berupa peralatan mandi, pakaian, nasi siap saji, serta popok bayi. Di antara para pengungsi, terdapat 60 lansia, 80 balita, dan 10 anak balita kategori stunting atau Balita di Bawah Garis Normal (BGM) yang membutuhkan perhatian lebih dalam kondisi darurat seperti ini.
Baca Juga: 1490 Jiwa Masih Mengungsi Akibat Banjir di Jakarta
Tidur dalam Peti Kemas
Ratusan warga Kampung Sepatan, Kelurahan Rorotan, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, harus bertahan di pengungsian dengan kondisi memprihatinkan. Selain harus tidur berdesakan di dalam peti kemas tanpa ventilasi yang memadai, mereka juga menghadapi masalah yang tak kalah berat, yaitu kelaparan.
Saripah mengungkapkan, keterlambatan distribusi makanan membuat para pengungsi sering kali harus menahan lapar selama berjam-jam. Dalam sehari, mereka hanya mendapatkan dua kali makan dari Dinas Sosial Jakarta, tapi waktu pengirimannya jauh dari yang semestinya. "Makan siang baru dikirim pukul 15.00 WIB, sedangkan makan malam baru datang pukul 23.00 WIB," kata Saripah.