Pertama pada tahun 2025 yaitu fase integrasi layanan dari sekira 986 aplikasi menjadi portal informasi dengan fokus pada ruang GTK, murid, sekolah dan bahasa.
Kemudian tahun 2026-2027 yaitu fase kedua untuk penguatan ekosistem melalui teknologi API dan interoperabilitas data untuk mendukung kolaborasi.
Fase ketiga pada tahun 2028-2029, yakni tahap implementasi layanan penuh termasuk otomatisasi dokumen administratif dan layanan berbasis personalisasi.
Baca Juga: Pemprov DKI Jakarta Tindak Tegas Kekerasan Seksual di Satuan Pendidikan
Dalam keterangan resminya, peluncuran aplikasi ini bukan untuk menggantikan aplikasi lama, tetapi untuk memudahkan akses, meningkatkan efektivitas proses dan memastikan pemanfaatan anggaran yang lebih efisien, sekaligus mengundang semua pihak untuk berkolaborasi.
Manfaat yang akan didapat dari kemudahan akses ini, antara lain guru, kepala sekolah, operatir sekolah, dinas pendidikan dan lainnya tidak harus mengakses berbagai aplikasi.
“Harapannya dapat mengurangi beban administratif, sehingga seluruh pemangku kepentingan dapat lebih fokus pada proses belajar mengajar,” bunyi keterangan Kemendikdasmen.
Selain itu, efisiensi anggaran pun dapat dicapai dengan adanya konsolidasi pengembangan teknologi yang lebih terpusat dari level kementerian pusat hingga dinas pendidikan daerah.
“Rumah Pendidikan diharapkan mampu menghemat lebih dari 60 persen biaya pengembangan teknologi pendidikan, selain itu memungkinkan untuk melaksanakan kegiatan seperti pelatihan, pengembangan kompetensi, dan perencanaan perbaikan sekolah,” keterangan dari Kemendikdasmen.
Versi beta (awal) super aplikasi atau super apps Rumah Pendidikan ini dapat diakses melalui laman rumah.pendidikan.go.id atau diunduh melalui aplikasi Android di Play Store.
Sementera untuk pengguna iOS masih belum tersedia, dan dikabarkan akan segera tersedia di App Store.