Pagar Laut di Tarumajaya Bekasi Bikin Susah, Nelayan Terpaksa Jual Barang demi Sambung Hidup

Rabu 15 Jan 2025, 12:51 WIB
Seorang nelayan melintasi perairan di pesisir laut Kampung Pqljaya, Desa Segarajaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Rabu, 15 Januari 2025. (Sumber: Poskota/Ihsan Fahmi)

Seorang nelayan melintasi perairan di pesisir laut Kampung Pqljaya, Desa Segarajaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Rabu, 15 Januari 2025. (Sumber: Poskota/Ihsan Fahmi)

BEKASI, POSKOTA.CO.ID - Keberadaan pagar laut di Kampung Paljaya, Kelurahan Segarajaya, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, membuat para nelayan gusar.

Pasalnya, hasil tangkapan ikan para nelayan berkurang, sehingga mesti memutar otak untuk menyambung hidup di tengah krisis pendapatan.

Kepala Nelayan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mandalajaya, Nurjali, 43 tahun, mengungkapkan, dengan himpitan ekonomi tersebut, ada nelayan yang rela menjual barang-barangnya.

"Yang saya jumpai nelayan-nelayan ini, ada mereka yang harus jual tabung gas, jual beras dan sampai ada yang jual piring," kata Nurjali di lokasi, Rabu, 15 Januari 2025.

Baca Juga: DPRD Minta Pemprov Jakarta Telusuri Keberadaan Pagar Bambu di Pulau C Reklamasi

Nurjali memaparkan, biasanya para nelayan yang mendapatkan hasil tangkapan bisa mencapai puluhan kilo, kini hanya mendapat 5 kilo per harinya. Ia khawatir, para nelayan kehilangan mata pencaharian, karena kondisi saat ini.

"Penghsilan sangat jauh, kalau biasanya kan bisa dapat Rp400 ribu atau Rp300 ribu per orang. Sekarang, bisa Rp20 ribu , paling banyak Rp100 ribu, itu mentok," ucap Nurjali.

Dengan penghasilan yang seadanya, kata dia, banyak para nelayan kini kerap mengalami himpitan ekonomi, sehingga terjadi keributan dalam rumah tangga.

"Ribut masalah ekonomi sama keluarga, karena keadaannya begini," ujarnya.

Baca Juga: Beda Keterangan Pemprov dan Pemerintah Pusat soal Izin Pagar Laut Bekasi, Pengamat: Komunikasi Buruk Antarlembaga

Kondisi ini terjadi hampir sepuluh bulan atau sejak pagar bambu 5 kilometer terpasang di kawasan tersebut pada Maret 2024.

Berita Terkait
News Update