POSKOTA.CO.ID - Belakangan ini, perhatian dunia tertuju pada Virus Human Metapneumovirus (HMPV), yang menjadi sorotan utama di China.
Virus ini telah dikonfirmasi ada di Indonesia. Meskipun sempat memicu kekhawatiran, kenyataannya virus HMPV sudah lama ada di tanah air.
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menegaskan, HMPV ini bukanlah virus baru dan tidak menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia.
“HMPV sudah lama ditemukan di Indonesia, kalau dicek apakah ada, itu ada,” ujar Budi dalam pernyataannya yang dikutip Poskota melalui situs resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pada Kamis, 9 Januari 2025.
Budi juga menjelaskan bahwa, virus ini berbeda dengan COVID-19, yang muncul relatif baru pada tahun 2019.
"HMPV sudah ada sejak 2001 dan telah menyebar ke seluruh dunia. Virus ini mirip dengan flu biasa, dan tidak perlu dikhawatirkan," lanjutnya.
Dia juga menegaskan, HMPV bukan virus baru yang perlu menimbulkan kekhawatiran besar, terutama karena sistem imun manusia sudah mengenalinya.
Lantas apa perbedaan COVID-19 dan virus HMPV? Berikut informasi yang bisa disimak selengkapnya.
Baca Juga: WASPADA! Setelah China, Kini Malaysia Hadapi Virus HMPV, Bagini Bahaya dan Cara Antisipasinya
Perbedaan Gejala HMPV dan COVID-19
Gejala yang ditimbulkan oleh Virus HMPV dan COVID-19 memang sangat mirip, seperti batuk, demam, pilek, dan sesak napas.
Namun, ada beberapa perbedaan penting yang perlu Anda ketahui untuk dapat membedakan kedua virus ini.
1. HMPV
Gejala Mirip Flu Biasa Virus HMPV umumnya menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang ringan hingga sedang, mirip dengan flu biasa.
Gejalanya termasuk batuk, demam, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan, serta sesak napas. Sebagian besar orang yang terinfeksi HMPV akan sembuh dalam waktu dua hingga lima hari tanpa perawatan khusus.
Pada kasus yang lebih jarang, gejalanya dapat berkembang menjadi bronkiolitis atau pneumonia, terutama pada anak-anak, lansia, atau individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Beberapa gejala yang bisa terjadi pada HMPV adalah:
- Batuk kering atau berdahak
- Hidung tersumbat atau meler
- Demam ringan hingga sedang
- Sakit tenggorokan
- Sesak napas
- Mual dan muntah
2. COVID-19
Di sisi lain, COVID-19 yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 cenderung memiliki gejala yang lebih bervariasi dan bisa lebih parah.
Selain gejala umum seperti batuk, demam, dan sesak napas, COVID-19 dapat menyebabkan gejala lainnya yang tidak ditemukan pada HMPV.
Diantaranya, kehilangan indera penciuman dan perasa (anosmia), kelelahan yang sangat parah, serta gejala gastrointestinal seperti diare.
Dalam kasus yang lebih serius, COVID-19 dapat menyebabkan pneumonia berat, gagal pernapasan, dan bahkan kematian.
Baca Juga: Meski Nihil di Indonesia, Kemenkes Imbau Masyarakat Waspadai Virus HMPV Asal China
Perbedaan Gejala HMPV dan COVID-19
Gejala yang ditimbulkan oleh HMPV dan COVID-19 cukup mirip, seperti batuk, flu, demam, dan sesak napas.
Namun, ada beberapa perbedaan yang perlu diperhatikan. Pada HMPV, gejala bisa berkembang menjadi bronkiolitis, pneumonia, atau infeksi saluran pernapasan bagian bawah yang lebih serius, terutama pada anak-anak dan lansia.
Di sisi lain, COVID-19 memiliki gejala khas seperti kehilangan indera penciuman dan perasa (anosmia), kelelahan ekstrem, serta batuk berdahak.
Selain itu, COVID-19 memiliki dampak yang lebih berat dan bahkan dapat berujung pada kematian.
Penularan dan Pencegahan
Penularan HMPV mirip dengan flu biasa, yaitu melalui droplet yang terlepas saat batuk atau bersin, serta kontak langsung dengan permukaan yang terkontaminasi virus.
Meskipun demikian, tingkat penyebaran HMPV relatif lebih lambat dibandingkan dengan COVID-19.
Untuk mencegah penularan HMPV, langkah-langkah seperti mencuci tangan secara rutin, menghindari kontak langsung dengan orang yang sakit, serta menggunakan masker di tempat umum sangat disarankan.
Di sisi lain, pencegahan COVID-19 melibatkan vaksinasi lengkap dan booster, penggunaan masker di area keramaian, serta menjaga jarak fisik (physical distancing).
Mencuci tangan dengan sabun juga menjadi langkah penting untuk mengurangi risiko penularan COVID-19.