POSKOTA.CO.ID – PLN pastikan listrik di Jakarta dalam kondisi aman dan andal. Tidak hanya itu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini komitmen memberikan layanan listrik tanpa kedip (zero downtime) melalui infrastruktur kelistrikan yang andal dan kerja sama berkelanjutan dengan pelanggan besar seperti NTT GDCI.
“Saat ini, total daya mampu di Jakarta mencapai 9.310 MW dengan beban puncak sebesar 5.917 MW, sehingga terdapat cadangan daya sebesar 36,45 persen Hal ini menunjukkan kesiapan kami dalam mendukung kebutuhan pelanggan strategis seperti data center,” ujar General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jakarta Raya, Lasiran dalam keterangan diterima Jumat, 27 Desember 2024.
PLN juga berkomitmen memberikan layanan listrik tanpa kedip (zero downtime) melalui infrastruktur kelistrikan yang andal dan kerja sama berkelanjutan dengan pelanggan besar seperti NTT GDCI.
Ia menekankan komitmen PLN dalam mendukung keberlanjutan energi melalui penggunaan energi baru terbarukan (EBT).
“PLN mendukung operasional data center dengan menyediakan pasokan listrik yang bersumber dari energi baru terbarukan melalui Renewable Energy Certificate (REC). Ini sejalan dengan visi kami untuk menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan bagi semua sektor industri, termasuk data center,” jelasnya.
Sementara itu, Head of Operations Division NTT GDCI, Meta Ranesa, menyampaikan apresiasinya atas kerja sama yang sudah terjalin selama enam tahun terakhir. “PLN telah menjadi mitra strategis kami dalam memastikan keberlanjutan operasional data center. Terima kasih atas dukungannya selama ini,” ujar Meta.
Dalam data center, listrik menjadi elemen paling krusial. Power, cooling, dan security adalah tiga pilar utama yang memastikan data center beroperasi dengan maksimal. Dengan suhu operasional yang dijaga di kisaran 20-28 derajat Celsius, data center memerlukan sistem pendinginan (cooling) yang andal.
NTT GDCI, misalnya, mengoperasikan lima chiller dengan daya masing-masing 600 kW, di mana empat chiller selalu berjalan untuk memastikan suhu stabil.
Namun, tantangan tetap ada. “Gangguan sekecil apa pun, seperti flicker listrik selama satu detik saja, dapat berdampak besar pada operasional kami. Misalnya, restart compressor pada chiller membutuhkan waktu signifikan,”ucapnya.
Adapun sejak berdiri pada 2009, NTT GDCI telah menjadi bagian penting dari transformasi digital di Indonesia. Melalui penggunaan Renewable Energy Certificate (REC) sebanyak 4.000 unit, perusahaan ini juga berkontribusi pada pengurangan emisi karbon.
Saat ini, salah satu fasilitas NTT GDCI, yaitu JKT2, telah mencapai kapasitas overload hingga 80 persen. Untuk mengantisipasi kebutuhan masa depan, NTT GDCI sedang membangun tiga data center baru yang direncanakan beroperasi pada awal tahun 2026. Salah satunya, Gedung JKT 2A, akan mulai diaktifkan pada Agustus 2025 dengan total daya mencapai 22 MW, di mana 12 MW dialokasikan khusus untuk sistem pendingin.
Posisi strategis Jakarta dengan akses transportasi dan jaringan komunikasi terbaik menjadikannya lokasi ideal untuk data center. Jakarta juga memiliki keunggulan sebagai nomor satu network hub di Indonesia, dengan dukungan lebih dari 150 penyedia layanan jaringan internet provider seperti Icon+.
NTT GDCI tidak hanya melayani kebutuhan domestik, tetapi juga menjadi bagian dari infrastruktur global, mendukung backup data untuk negara seperti Jepang, China, dan India. Dengan lebih dari 2.800 rak server yang terpasang setiap lantainya, data center ini melayani pelanggan dari berbagai sector.
Mulai dari retail, hyper-scaler, hingga perbankan. Dengan pertumbuhan pesat industri data center di Jakarta, PLN dan NTT GDCI terus bersinergi untuk mewujudkan keandalan dan keberlanjutan energi. (ruh/Ril)
Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.