Uskup Agung Jakarta Soroti Praktik Korupsi di Indonesia, Miris Jadi Alat Politik Bukan Diberangus

Rabu 25 Des 2024, 13:41 WIB
Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo di Gereja Katedral saat konferensi pers, Rabu, 25 Desember 2024. (Poskota/Pandi)

Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo di Gereja Katedral saat konferensi pers, Rabu, 25 Desember 2024. (Poskota/Pandi)

POSKOTA.CO.ID - Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo menyoroti soal praktik korupsi yang masih marak terjadi di Indonesia.

Baru-baru ini dugaan praktik korupsi menyeret Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto.

Hasto diduga bersama-sama melakukan suap pergantian antar waktu (PAW) buronan Harun Masiku kepada mantan Komisioner KPU Wahyu Setiawan pada 2020 lalu.

"Kalau kembali kepada yang tadi saya sampaikan, itu karena jati dirinya di manusia yang korupsi itu jati diri yang paling dasar diingkari," kata Suharyo kepada wartawan saat diminta tanggapan soal maraknya praktik korupsi ditemui di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Rabu, 25 Desember 2024.

"Itu kalau kita omong soal konsep. Sehingga macam-macam kepentingan lain yang melunturkan jati diri yang paling dasar," sambungnya.

Suharyo melihat secara konkret bahwa praktik korupsi merupakan suatu tindakan atau perbuatan yang sangat realistis dan sangat kompleks.

Bahkan ia melihat jika budaya masyarakat Indonesia cenderung masih feodal. Ketika budaya feodal itu melekat, maka realitas yang dipikirkan hanyalah kepentingan pribadi.

"Ketika seorang hidup sadar atau tidak sadar di dalam situasi feodal, dia akan berpikir mengenai gengsi, mengenai kedudukan dalam masyarakat feodal yang paling dicari-cari adalah kedudukan. Status itu status sosial, gengsi, dan sebagainya," ucapnya.

"Nah, kalau orientasi hidupnya seperti itu, tanpa disadari maka segala macam cara, dicari untuk mencapai yang dicari itu, entah itu kekuasaan, entah itu namanya gengsi, dan semua itu butuh uang. Jadilah korupsi," tambah Suharyo.

Kemudian Suharyo jika melihat sistem tata kelola negara yang belum baik. Praktik korupsi, kata dia, bukannya diberantas tapj justru malah dijadikan alat politik.

"Kita semua melihat akhir-akhir ini korupsi itu malah dijadikan alat, untuk membunuh dalam tanda kutip ya, untuk mematikan orang, untuk menjegal orang. Korupsi dibiarkan supaya nanti pada waktunya bisa digunakan untuk kepentingan tertentu," tuturnya.

News Update