POSKOTA.CO.ID - Pj Gubernr DKI Jakarta Teguh Setyabudi menyebut penyesuaian tarif Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya sudah dalam pertimbangan matang.
"Banyak sekali pertimbangan. Tidak semata-mata tarif PAM Jaya sejak 2007-2024, artinya 17 tahun tak pernah naik. Tapi ada juga ada berbagai pertimbangan-pertimbangan lainnya," kata Teguh kepada wartawan dikutip Selasa 24 Desember 2024.
Salah satu pertimbangan yaitu terkait cakupan pelayanan air bersih 100 persen khususnya di wilayah DKI Jakarta yang ditargetkan rampung 2030 mendatang.
"Apakah itu masalah pembaruan perpipaan, atau kemudian bagaimana masalah 2030 100 persen layanan air, kemudian juga berbagai pertimbangan lainnya," jelas Teguh.
Disisi lain, Teguh melihat penyesuaiam tarif ini tidak akan berdampak kepada masyarakat bawah. Malah disebut tarifnya turun.
"Ternyata juga adalah penyesuaian itu tidak kemudian menaikan tarif semua pihak. Ada beberapa eleman justru turun. Jadi tolong ini dicermati," jelasnya.
Disisi lain, Teguh menyampaikan jika tarif PAM Jaya di DKI Jakarta ketimbang wilayah penyangga seperti Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi, yang paling kecil.
"Kemudian juga dibandingkan inflasi yang sekarang, nanti kenaikannya dibandingkan inflasinya jauh lebih ringan. Kalau menyumbang tingkat inflasi, mungkin hanya 0,015 persen," jelasnya.
Penyambungan Jaringan Pipa
Direktur Utama (Dirut) Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya, Arief Nasrudin menyebut percepatan penyambungan jaringan perpipaan menjadi kunci utama agar air yang dialirkan PAM Jaya dapat dikonsumsi masyarakat.
Hal ini akan berdampak kepada pengeluaran masyarakat yang sebelumnya mengkonsumsi air minum menggunakan air galon.
"Bahwasannya saat ini aspek tentang lingkungan, aspek kesehatan, bahkan aspek ekonomi akan berdampak ketika nanti kami bisa mempercepat penyambungan jaringan baru, karena di Barat, Utara, Jakarta itu saat ini mereka sangat membutuhkan air perpipaan," kata Arief di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin 23 Desember 2024.
Ketika nantinya perpipaan yang direncanakan rampung total pada 2030 mendatang, maka Arief menilai hal ini akan berdampak kepada konsumsi masyarakat seperi penggunaan air galon atau air kemasan.
"Karena belanja mereka di rumah tangga untuk membeli air galonan itu kisaran harganya, kebutuhannya sebulan itu Rp 400 ribu sampai Rp 1 juta. Nanti dengan tarif PAM mereka akan sangat terbantu dari sisi ekonomi," ujar Arief.
"Kemudian inilah yang kenapa kita perlu kemudian lakukan percepatan penyambungan pipa dan ini mandat dari pemerintah baik pusat ataupun daerah untuk mempercepat 2030 kita selesaikan 100 persen pelayanan sambungan sebanyak 2.006.000 pelanggan," tambahnya.
Arief menambahkan, penggunaan air PAM oleh masyarakat juga diharapkan dapat menghambat penurunan muka air tanah. Sehingga dapat mengembalikan membran tanah di Jakarta.
"Itu yang menjadi salah satu penting kenapa ini harus kami lakukan, lanjut secara penugasan mandatorinya baik proses dari mulai MK, kesepakatan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan kemudian penanganan sampai ke level penugasan mandatorinya PAM Jaya, itu jelas prosesnya sudah ada," katanya.
Dia menjelaskan, dengan keuangan PAM Jaya yang saat ini bisa dibilang selalu mendapatkan profit, Arief menuturkan hal itulah yang dimanfaatkan PAM Jaya untuk berinvestasi.
"Tetapi memang inilah kenapa cash positive ini kita memang melakukan investasi untuk mempercepat proses supaya penyambungan kita menuju 2030 itu selesai lanjut ini targetnya tadi yang sudah disampaikan bahwasannya ini akan mencapai 100 persen layaknya di 2030," jelasnya.
Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.