Warga Jakarta Utara Terpaksa Manfaatkan Air Keruh PAM Jaya

Kamis 19 Des 2024, 09:58 WIB
Warga memperlihatkan perbandingan air minum kemasan (kiri) dan air yang dihasilkan dari PAM Jaya yang tak layak konsumsi (kanan) di RT 02 RW 12 Lagoa, Koja, Jakarta Utara, Rabu, 18 Desember 2024. (Poskota/Ahmad Tri Hawaari)

Warga memperlihatkan perbandingan air minum kemasan (kiri) dan air yang dihasilkan dari PAM Jaya yang tak layak konsumsi (kanan) di RT 02 RW 12 Lagoa, Koja, Jakarta Utara, Rabu, 18 Desember 2024. (Poskota/Ahmad Tri Hawaari)

POSKOTA.CO.ID - Air keruh dan berbau terpaksa harus dimanfaatkan sebagian warga Jakarta Utara selaku pelanggan PAM Jaya. Kondisi ini sudah warga alami selama belasan tahun. 

Selama itu, warga mengaku telah merugi secara finansial. Sebab, mereka harus menyetorkan uang bulanan sebagai tarif yang ditetapkan PAM Jaya, meski air yang mereka dapatkan tidak layak konsumsi.

Solusinya, warga mau tak mau harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli air bersih untuk keperluan memasak. Tak tanggung-tanggung, nominal yang warga keluarkan bisa mencapai ratusan ribu rupiah. 

Sahrudin, 45 tahun, warga RT 02/12, Kelurahan Lagoa, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, mengatakan sedikitnya ada 40 kepala keluarga (KK) di lingkungan tempat tinggalnya yang terkena dampak dari pelayanan buruk PAM Jaya. 

"Sudah tiga hari ini kondisi airnya kotor dan bau. Baunya seperti air got. Penyebabnya katanya ada pekerjaan pembersihan jaringan distribusi pipa Jatiluhur Hilir," kata dia kepada Poskota, Rabu, 18 Desember 2024. 

Sebetulnya, kata Sahrudin, air kotor dan berbau dari PAM Jaya bukan dialami warga hanya kali ini saja. 

"Sudah belasan tahun sebetulnya kami alami. Tapi memang enggak setiap hari. Paling seminggu 3 sampai 4 hari air butek. Tapi ada juga waktu di mana seharian airnya bersih," ucapnya. 

Sahrudin menganggap kondisi ini sengaja telah diatur. Sebab, di waktu-waktu tertentu saja air yang mengucur dengan kondisi mendekati jernih meski tetap saja berbau. Sisanya di waktu yang lain, dipastikan air kembali menjadi.

"Jam 6 pagi sampai jam 8 pagi itu air pasti kotor. Warnanya butek dan bau mirip air got. Setelah itu hingga menjelang sore air mulai jernih. Tapi enggak jernih banget. Baru deh jam 5 sampai jam 7 malam air kembali kotor," kata dia. 

Kondisi seperti ini membuat istri Sahrudin, Tati, 50 tahun, harus menyediakan bak penampungan besar terbuat dari plastik untuk menampung air di waktu-waktu tertentu. Jika tidak, maka pengeluaran uang akan semakin boros. 

Air yang ditampung ini hanya digunakan oleh Sahrudin untuk keperluan mandi, mencuci piring, atau baju. 

Berita Terkait

News Update