POSKOTA.CO.ID - Polda Metro Jaya menyiagakan ratusan ribu personel untuk menjaga kondusivitas perayaan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru).
Para personel juga disiagakan untuk mengantisipasi gerakan senyap aksi terorisme yang kerap beraksi pada hari-hari besar. Namun, mengapa aksi terorisme sering terjadi momen-momen perayaan?
Menjawab itu, pengamat terorisme dari Pusat Kajian Keamanan Nasional (Puskamnas), Ali Asghar berpendapat, hari-hari besar seperti Nataru dianggap strategis melancarkan aksi teror, karena aktivitas atau pergerakan masyarakat sangat tinggi.
"Tingginya aktivitas masyarakat, perayaaan keagamaan, dan simbol yang menjadi target potensial pada momen tersebut," kata Ali saat dihubungi, Kamis, 19 Desember 2024.
Di samping, itu berdasarkan data yang diketahui Ali, serangan teroris di Indonesia kerap mengalami peningkatan pada saat hari-hari besar tersebut.
Tercatat, saat malam Natal pada 24 Desember 2000, terjadi rentetan serangan bom di sejumlah gereja di Indonesia, termasuk kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Batam.
"Aksi terorisme cenderung meningkat pada momen tertentu, seperti natal dan tahun baru," ungkapnya.
Namun, Ali mengatakan, potensi ancaman terorisme menjelang Nataru dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan.
Menurutnya, minim aksi serangan terorisme akhir-akhir tidak terlepas dari kerja pemerintah terutama Polri yang terus melakukan langkah preventif.
Kendati demikian, Ali mengingatkan sel teroris di Indonesia masih ada. Untuk itu, ia menegaskan tidak ada aksi serangan terorisme di Indonesia sejak tahun 2023-2024, bukan berarti sel terorisme sudah lenyap.
"Buktinya, masih ada penangkapan yang dilakukan oleh Polri (Densus 88) terhadap individu atau kelompok yang berafiliasi dengan jaringan teror," ungkapnya.
Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.