POSKOTA.CO.ID - Clara Shinta, selebgram asal Medan yang sukses di dunia bisnis, mendadak ramai diperbincangkan.
Namanya dikaitkan dengan viralnya video Gus Miftah yang memuat candaan kontroversial terkait penjual es teh.
Video tersebut memicu kecaman luas hingga Gus Miftah meminta maaf dan mundur dari jabatan sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama.
Clara diduga sebagai pihak yang pertama kali menyebarkan video tersebut, meski hingga kini belum ada konfirmasi resmi. Namun, keterlibatan Clara membuat warganet penasaran akan sosoknya.
Profil Clara Shinta: Selebgram dan Pebisnis Sukses
Lahir di Medan pada 25 Juni 1996, Clara Shinta dikenal sebagai selebgram sekaligus TikToker dengan lebih dari 6,5 juta pengikut.
Selain aktif di media sosial, Clara menjalankan bisnis di bidang ekspor ikan dan produk perawatan tubuh.
Sejak menjadi mualaf pada 2017, Clara semakin mendalami agama Islam dan mendapat bimbingan dari tokoh agama seperti Ustaz Adi Hidayat.
Setelah menjalani umrah pada 2023, ia memutuskan berhijab dan mulai dikenal dengan nama Amira Nurul Aulia.
Kasus Video Gus Miftah: Kronologi dan Dampak
Video yang menunjukkan candaan Gus Miftah dianggap menyindir profesi penjual es teh, memicu respons negatif di masyarakat. Clara Shinta disebut-sebut sebagai penyebar awal video tersebut di platform digital.
Gus Miftah akhirnya meminta maaf dan menyatakan bahwa video tersebut telah diedit hingga tidak mencerminkan maksud sebenarnya
Clara, di sisi lain, terus menjadi sorotan warganet, baik sebagai figur kontroversial maupun inspirasi bagi banyak pengikutnya.
Dampak pada Reputasi Clara Shinta
Kasus ini memengaruhi citra Clara sebagai selebgram. Sebagian warganet mengapresiasi keberaniannya memviralkan isu ini, namun tak sedikit pula yang mengecamnya.
Sebagai figur publik, Clara dianggap perlu lebih bijak dalam menyebarkan konten sensitif.
Kontroversi Clara dan Gus Miftah menjadi pengingat pentingnya tanggung jawab dalam penggunaan media sosial.
Figur publik diharapkan lebih berhati-hati sebelum mempublikasikan konten yang dapat memicu polemik. Di sisi lain, masyarakat juga perlu lebih selektif dalam menyaring informasi yang beredar.