Juga Selat Sunda bagian barat dan selatan, Perairan Selatan Banten, Perairan Garut - Pangandaran, hingga Samudra Hindia di barat daya Banten dan selatan Jawa Tengah.
Dan pada lapisan atmosfer yang lebih tinggi, 3000 kaki (sekitar 900-an meter), kata dia, kecepatan angin diperkirakan dapat mencapai hingga 35 knot (65 km/jam).
Sehingga berdasarkan dari data BMKG tersebut, kondisi ini menunjukkan potensi cuaca signifikan di wilayah sekitarnya.
"Bibit siklon 91S ini posisinya lebih dekat sehingga terus terang kami mengkhawatirkan itu makanya kami cek di lapangan. Biasanya yang terdampak duluan di Pelabuhan Ratu meningkatnya gelombang dan anginnya lebih kencang," ujarnya.
Karenanya, BMKG mengimbau kepada masyarakat untuk berhati-hati saat menghadapi cuaca ekstrem yang akan terjadi.
Selain menghadiri rapat koordinasi, BMKG turut meninjau lokasi terdampak bencana di Desa Sukamaju, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi.
Dari hasil tinjauan, BMKG mendapati adanya fenomena retakan tanah di pemukiman warga setempat yang cukup parah sehingga menyebabkan masyarakat harus mengungsi.
Menurutnya retakan tanah yang terjadi akibat hujan lebat yang menyebabkan longsor. Berdasarkan data BMKG, dalam 10 hari terakhir terjadi gempa bumi di wilayah Jawa Barat dengan magnitude lemah dan tidak sampai dirasakan masyarakat.
"Karena gempanya dapat menggoyang tebing dan ketika diguyur hujan maka dampak lanjutannya akan jadi lebih mudah longsor," jelas Dwikorita.
Sehingga, kata dia, setelah longsor terjadi maka materialnya akan menutup lembah-lembah sungai dan membendung air hujan.
Namun Ketika hujan terjadi terus menerus dengan intensitas lebat maka bendungan tidak akan kuat menahan dan akhirnya jebol sehingga menjadi banjir bandang.
"Potensi longsor dan banjir bandang masih dapat terjadi selama bulan-bulan ini--di mana puncak musim hujan di Jawa Barat itu Desember di bagian selatan dan Januari di bagian utara sehingga mohon diwaspadai," pungkasnya.