Kejayaan Pep Guardiola Mulai Dipertanyakan Imbas 7 Kekalahan Beruntun, Inilah 5 Penyebab Anjloknya Performa Manchester City

Rabu 04 Des 2024, 03:02 WIB
Pep Guardiola dengan pahit mesti menerima kekalahan beruntun tim asuhannya Manchester City. (Instagram/mancity)

Pep Guardiola dengan pahit mesti menerima kekalahan beruntun tim asuhannya Manchester City. (Instagram/mancity)

POSKOTA.CO.ID – Manchester City kini menghadapi situasi dan kondisi yang sulit setelah sebelumnya dalam beberapa tahun terakhir mendominasi sepak bola Inggris.

Rentetan tujuh kekalahan beruntun di berbagai kompetisi telah mengancam posisi mereka di papan atas dan mengguncang kepercayaan para penggemar.

Tidak hanya itu, performa buruk ini juga menimbulkan pertanyaan besar tentang masa depan Pep Guardiola, yang sebelumnya dianggap sebagai salah satu pelatih terbaik di dunia.

Lantas, apa yang sebenarnya terjadi dengan Manchester City? Apakah era keemasan Guardiola telah berakhir, atau ada harapan bagi sang manajer untuk membangkitkan timnya kembali?

 

Penyebab Anjloknya Performa Manchester City

Kehilangan Pemain Kunci

Penurunan performa Manchester City sebagian besar disebabkan oleh kehilangan beberapa pemain kunci. Salah satunya adalah Riyad Mahrez, yang pindah ke Al-Ahli.

Mahrez, yang dikenal sebagai salah satu pemain paling konsisten di posisi sayap kanan, memberikan kontribusi besar dengan gol, assist, dan kemampuan dribbling yang sering membongkar pertahanan lawan.

Statistik musim 2023-2024 menunjukkan bahwa Mahrez terlibat dalam 28 gol untuk City (15 gol dan 13 assist), yang mencerminkan betapa pentingnya peran dia di lini serang.

Selain itu, cedera panjang yang dialami Kevin De Bruyne di awal musim juga menjadi pukulan telak.

Taktik Guardiola Mulai Terbaca

Pep Guardiola dikenal dengan gaya bermain yang berbasis pada penguasaan bola.

Namun, setelah bertahun-tahun mendominasi sepak bola Inggris, gaya bermain ini mulai terbaca oleh tim-tim lawan.

Banyak klub kini menerapkan strategi bertahan dalam atau low block untuk mengantisipasi serangan City.

Hasilnya, dalam tujuh kekalahan beruntun tersebut, City hanya mampu mencetak rata-rata 0,7 gol per pertandingan, jauh di bawah standar mereka yang biasanya berada di atas dua gol per laga.

Kelemahan di Transisi Bertahan

Selain itu, Manchester City juga mulai rentan terhadap serangan balik cepat dari lawan.

Bek-bek yang sering maju untuk mendukung serangan membuat City terbuka di lini belakang, yang dimanfaatkan oleh lawan dengan operan langsung dan kecepatan pemain depan mereka.

Kekalahan melawan Tottenham dan Arsenal adalah contoh bagaimana kelemahan dalam transisi bertahan ini menjadi masalah serius bagi City.

Persoalan ini tentunya menjadi PR besar bagi Pep untuk memperbaiki performa anak-anak asuhnya itu.

Krisis Kedalaman Skuad

Meski dikenal memiliki skuad bertabur bintang, kedalaman tim City kini mulai dipertanyakan.

Mateo Kovacic, yang didatangkan untuk menggantikan peran Ilkay Gundogan, masih belum sepenuhnya beradaptasi dengan taktik Guardiola.

Performanya belum stabil dan kontribusinya dalam menyerang masih jauh di bawah standar yang ditinggalkan oleh Gundogan

Pemain baru lainnya seperti Jeremy Doku juga menunjukkan potensi, tetapi masih kesulitan tampil konsisten di Liga Inggris yang terkenal intens.

Krisis Mental di Dalam Tim

Tujuh kekalahan berturut-turut jelas memengaruhi kepercayaan diri para pemain.

Mental juara yang selama ini menjadi ciri khas Manchester City tampak memudar.

Kesalahan individu dan blunder sering kali menjadi penyebab kekalahan, menunjukkan betapa terguncangnya mentalitas tim.

Erling Haaland, yang musim lalu menjadi mesin gol, kini sering terlihat frustrasi di lapangan karena minimnya peluang matang yang ia terima.

Krisis yang dialami Manchester City saat ini adalah ujian berat bagi Pep Guardiola. Meskipun kontribusinya selama bertahun-tahun tidak diragukan, posisinya bisa saja terancam jika ia gagal membalikkan keadaan.

Jika City ingin kembali ke jalur kemenangan, Guardiola harus cepat beradaptasi baik dalam taktik maupun pendekatan terhadap tim.

Bagi fans Manchester City, ini adalah momen penting untuk mendukung tim di masa sulit.

Sementara bagi Pep Guardiola, inilah saatnya untuk membuktikan bahwa ia masih pantas disebut sebagai salah satu pelatih terbaik di dunia.

 

Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari. 

News Update