POSKOTA.CO.ID - Nama Gus Miftah kembali jadi sorotan setelah pernyataan kontroversialnya yang mengolok seorang penjual es teh viral di media sosial.
Dalam sebuah ceramah, kata-katanya dianggap merendahkan profesi tersebut, sehingga menuai protes dari berbagai pihak.
Namun, siapa sebenarnya Gus Miftah? Pemilik nama lengkap Miftah Maulana Habiburrahman ini bukan hanya seorang ulama populer, tetapi juga seorang pejabat negara.
Pada 22 Oktober lalu, Presiden Prabowo Subianto resmi mengangkatnya sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan.
Sebagai Utusan Khusus Presiden, tugas Gus Miftah cukup strategis, yaitu mempromosikan kerukunan antarumat beragama di Indonesia dan internasional.
"Kami harus membangun komunikasi global terkait moderasi dan toleransi," ujarnya saat ditemui di Istana Presiden.
Berapa Gaji Gus Miftah?
Sebagai pejabat setingkat menteri, gaji dan tunjangan yang diterima Gus Miftah telah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 137 Tahun 2024.
Gaji pokok seorang menteri ditetapkan sebesar Rp5.040.000 per bulan, ditambah tunjangan jabatan sebesar Rp13.608.000. Totalnya, Gus Miftah menerima gaji bulanan senilai Rp18.648.000.
Namun, itu belum mencakup fasilitas tambahan. Berdasarkan aturan, pejabat setingkat menteri seperti Gus Miftah juga mendapat fasilitas rumah dinas, mobil dinas, biaya perjalanan dinas, dan asuransi kesehatan.
Meski hak keuangannya menggiurkan, jabatan ini tidak memberikan uang pensiun setelah masa tugas berakhir.
Kontroversi dan Permintaan Maaf
Di tengah posisinya yang penting, Gus Miftah harus menghadapi gelombang kritik setelah ceramahnya yang menyinggung penjual es teh. Dalam video yang viral, ia terlihat bercanda, tetapi ucapannya dianggap merendahkan.
Setelah kontroversi ini mencuat, Gus Miftah langsung menyampaikan permintaan maaf melalui sebuah video di akun TikTok Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi. "Dengan kerendahan hati, saya meminta maaf atas kekhilafan saya," ujarnya.
Menurut Gus Miftah, gaya bicaranya yang santai sering digunakan untuk mencairkan suasana, tetapi ia mengakui kali ini candaannya tidak tepat.
"Saya terbiasa bercanda dengan semua orang, tetapi kali ini saya sadar harus meminta maaf," tambahnya.
Permintaan maaf tersebut diterima oleh sebagian masyarakat, meskipun beberapa masih mempertanyakan sikapnya sebagai pejabat yang seharusnya lebih berhati-hati dalam berucap.
Kontroversi ini menjadi pelajaran bagi Gus Miftah sebagai tokoh agama sekaligus pejabat publik. Meski perannya sebagai Utusan Khusus Presiden strategis, kata-kata yang dilontarkan tetap perlu dijaga agar tidak menimbulkan polemik.
Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.