Pelaksanaan pilkada serentak secara keseluruhan berjalan kondusif, aman dan tertib. Mengawali perhitungan suara, mulai menggeliat saling klaim kemenangan dari sejumlah pasangan calon. Tak hanya di Jakarta, juga sejumlah
daerah lainnya.
“Hal yang biasa,saling klaim kemenangan, apalagi setelah dipublikasikan hasil hitung cepat oleh lembaga survei,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya mas Bro dan bang Yudi.
“Meski lazim terjadi dalam sebuah kompetisi, tetapi perlu disikapi dan diantisipasi oleh semua pihak, utamanya penyelenggara pilkada,” kata Yudi.
“Saya setuju apapun geliat yang terjadi harus diantisipasi. Meski semua paham betul bahwa hitung cepat itu bukan hasil resmi penghitungan suara.
Penghitungan suara resmi tetap yang dilakukan oleh KPU di masing – masing daerah pilkada,” kata mas Bro.
“Lazimnya juga kontestan yang berani mengklaim kemenangan lebih awal, mengantongi data pendukungnya,” kata Heri.
“Apalagi kalau data didapatkan dari setiap TPS sebagai sumber primer melalui saksi atau orang yang ditunjuk langsung mengikuti penghitungan suara. Boleh dibilang cukup valid,” kata mas Bro.
“Banyak paslon yang menggunakan pola seperti itu dengan menurunkan timnya ke setiap TPS, kemudian merekam hasil penghitungan suara. Hasil dari setiap TPS itulah yang kemudian dijadikan dasar mengklaim kemenangan,” kata Heri.
“Itu juga mengapa mereka mengetahui jumlah perolehan suara paslon lain, semua paslon yang ikut kontestasi di pilkada daerahnya. Kalau masing-masing memiliki data pendukung, gimana,” kata Yudi.
“Kalau klaim kemenangan tersebut hasilnya sama seperti pengumuman resmi KPUD, nggak masalah. Yang repot, jika hasilnya beda jauh dengan KPUD,” kata mas Bro.
“Ini yang saya maksud perlu diantisipasi sejak awal agar di kemudian hari tidak timbul masalah,” urai Yudi.