Kayu Gamal dan Kaliandra Diklaim Kurangi Emisi Hasil Pembakaran PLTU

Jumat 29 Nov 2024, 23:25 WIB
Kegiatan penanaman bibit kayu kaliandra dan gamal di Cinangka, Serang. (Poskota/Samsul Fatoni)

Kegiatan penanaman bibit kayu kaliandra dan gamal di Cinangka, Serang. (Poskota/Samsul Fatoni)

POSKOTA.CO.ID - Para petani di Desa Kubangbodas, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, saat ini tengah mengembangkan pohon kayu Kaliandra dan Gamal. Dua jenis pohon kayu tersebut merupakan ekosistem biomassa untuk bahan bakar PLTU batu bara.

Para petani di Cinangka mengembangkan dua pohon itu, lalu setelah dipanen bakal ditampung oleh pihak PLTU untuk campuran bahan bakar. Pohon kayu tersebut diklaim mampu mengurangi emisi atau polusi udara dari hasil pembakaran PLTU tersebut.

Senior Manajer UPP IP PLTU II Labuan, Wisnu Kurniawan mengungkapkan, memang penggunaan biomassa ini diinisiasi sejak tahun 2015 lalu, cuma memang skalanya penggunaannya masih kecil.

Namun sekarang ini, lanjut dia, dengan program net zero emision, pihaknya ditargetkan untuk pengurangan bahan bakar batu bara.

"Tahun 2024 ini kita ditarget 2 persen untuk mengurangi bahan bakar batu bara dan diganti dengan biomassa. Dan tahun depan atau tiap tahun mungkin akan meningkat lagi," ungkapnya saat mengikuti penanaman dan panen pohon kayu Kaliandra dan Gamal bersama para petani di Cinangka, Serang, Jumat, 29 November 2024.

Dia menyampaikan, saat ini biomassa atau tanaman hutan energi ini betul-betul harapkan sebagai bahan bakar PLTU dan diharapkan pula bisa berkelanjutan produktifitasnya.

Karena katanya lagi, untuk saat ini saja kebutuhan tanaman energi ini sebanyak 80 ribu ton pertahun dan jika perharinya sebanyak 200 sampai 500 ton.

"Ya tahun dena bisa bertambah kebutuhannya dan tiap tahun mungkin terus bertambah. Maka diharapkan produktifitas tanaman hutan energi ini terus berkesinambungan," katanya.

Menurutnya, sejauh ini yang pihaknya ketahui, kayu gamal dan kaliandra ini merupakan pohon kayu yang paling bagus dijadikan bahan bakar pengganti batu bara. Karena ketika dikeringkan, nilai kalorinya sudah mendekati kalori batu bara.

"Dan itu tentunya akan membuat emision pembangkit kita lebih bagus dan peralatan kita juga lebih bagus. Dan sejauh ini juga selain menggunakan kayu kaliandra dan gamal, kita juga menggunakan sekam padi," ujarnya.

Kepala Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) IPB University, Meika Syahbana Rusli menjelaskan, pengurangan emisi dari bahan bakar kayu kaliandra dan gamal ini sebetulnya net zero. Karena menurut perhitungan 10 juta ton biomassa yang akan digunakan maka akan bisa 10,2 juta ton CO2 yang bisa dikurangi.

Berita Terkait
News Update