Obrolan Warteg: Beda Pilihan, Oke. Cerai, Jangan

Kamis 28 Nov 2024, 06:57 WIB
Obrolan warteg.

Obrolan warteg.

Pilkada serentak selesai sudah digelar. Antusiasme warga masyarakat memilih kepala daerahnya begitu besar. Terlihat sejak pagi pagi hari, sesuai jadwal, sejak pukul 07.00, warga sudah mulai mendatangi Tempat Pemungutan Suara (TPS) di lingkungan tempat tinggalnya.

Satu keluarga datang bersama, belum tentu pilihan sama. Beda pilihan dalam pesta demokrasi adalah hal yang biasa, meski dalam satu keluarga, termasuk suami istri.

"Setuju, yang penting saling menghargai pilihan masing-masing. Beda pilihan jangan sampai dibawa ke urusan dapur, apalagi sampai ke tempat tidur," kata bung Yudi mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.

"Jangan sampai suami istri berangkat ke TPS bersama- sama, pulangnya sendiri – sendiri karena beda pilihan," tambah Yudi.

"Mungkin pulang sendiri-sendiri karena suami mampir ngopi bareng tetangga, sementara sang istri, mampir belanja. Seperti saya tadi pagi pisah dengan istri karena keperluan, bukan karena beda pilihan," kata Heri.

"Intinya beda pilihan politik, Oke, sebagai bentuk menghargai perbedaan pilihan. Namun, kalau beda pilihan kemudian sampai berantem, apalagi bercerai, jangan sampai terjadi," urai mas Bro.

"Saya setuju karena ada suami istri yang sempat nggak saling tegur sapa hanya karena beda pilihan politik," kata Heri.

Seperti pernah diberitakan, perceraian karena politik juga besar. Ada satu provinsi, terjadi 500 perceraian gara-gara politik. Suaminya milih si A, istrinya milih si B, cerai, kata Menteri Agama, Nasaruddin Umar pada suatu acara, baru-baru ini.

"Wah.. besar juga. Yang cerai saja segitu, belum yang berantem, tidak saling tegur sapa," celetuk Yudi.

"Data ini semakin memberi peringatan kepada kita bahwa konflik politik juga dapat terbawa masuk dalam kehidupan rumah tangga. Karena itu yang terpenting bagaimana mencegah agar konflik politik tidak sampai terjadi, apalagi sampai menimbulkan perceraian," jelas mas Bro.

"Bukan hanya perceraian dalam keluarga, juga bagaimana jangan pula konflik politik menjadi ajang perseteruan, permusuhan dalam hubungan sosial kemasyarakatan," tambah Heri.

Berita Terkait
News Update