Kopi Pagi: 'Menang Ora Umuk,..' (poskota)

Kopi Pagi

Kopi Pagi: 'Menang Ora Umuk,..'

Kamis 28 Nov 2024, 08:28 WIB

Kemenangan dengan merendahkan lawan tidak akan membawa kemuliaan. Tidak akan ada orang yang hormat, jika dengan kemenangan itu kemudian membuatnya berperilaku sombong, mentang-mentang, apalagi menjurus sewenang-wenang..

-Harmoko-

Pesta demokrasi yang digelar serentak untuk memilih 545 pasangan calon kepala daerah, usai sudah. Rakyat Indonesia, Rabu, 27 November 2024, mendatangi TPS (Tempat Pemungutan Suara) guna memilih 37 gubernur, 415 bupati atau 93 wali kota beserta para wakilnya untuk masa jabatan 5 tahun ke depan.

Tentu, pilihan sesuai hati nuraninya. Yang diyakini dan dipercaya mampu  memajukan daerahnya dan menyejahterakan masyarakatnya.

Siapa pun yang terpilih, itulah akhir sebuah pesta demokrasi lima tahun sekali. Itulah gambaran aspirasi masyarakat yang sesungguhnya terhadap calon pemimpin yang dikehendaki.

Semua pihak, termasuk para calon kepala daerah yang ikut berkompetisi, wajib menghormati pilihan rakyat karena pada hakikatnya kedaulatan ada di tangan rakyat.

Boleh jadi, hasil akhir pilihan rakyat tak sesuai ekspektasinya, tak selaras dengan tingkat elektabilitas yang selama ini mewarnai dinamika pilkada. Hasil hitung cepat boleh menjadi acuan sementara, tetapi hasil pasti menunggu proses hitung manual KPUD sebagaimana tahapan yang telah dijadwalkan.

Kita paham betul bahwa hasil kontestasi adalah menang dan kalah, tetapi hendaknya dalam pesta demokrasi pilkada serentak ini tidak perlu mengembangkan istilah menang dan kalah. Yang ada, terpilih dan belum terpilih.

Kita meyakini siapa pun yang terpilih, akan menghargai yang belum terpilih. Akan menghormati yang belum terpilih. Bahkan, sudah sewajarnya mengucapkan terima kasih kepada yang belum terpilih. Dia menjadi terpilih karena ada yang tidak terpilih.

Bagi yang belum terpilih ada baiknya memberi ucapan selamat kepada rekannya yang terpilih. Ini bentuk penghargaan kepada rakyat yang telah menggunakan haknya untuk memilih calonnya.

Ada local wisdom yang mengingatkan kepada kita semua, “Sing menang ora umuk, sing kalah ojo ngamuk,” artinya yang unggul meraih kemenangan jangan lantas sombong dan yang kalah kemudian melakukan tindakan yang merugikan masyarakat.

Yang menang jangan pula merendahkan yang kalah, justru sebaiknya menghargai. Itulah perlunya saling menghargai dan menghormati dalam pesta demokrasi.

Filosofi: menang tanpa ngasorake sangatlah cocok sebagai pegangan hidup, sebagai perilaku dalam tata krama kehidupan berpolitik seperti sekarang ini.

Secara harfiah, menang tanpa ngasorake adalah menang tanpa merendahkan yang kalah (orang lain). Jangan mentang-mentang karena merasa menang lantas "adigang, adigung, adiguno" (sikap yang sangat sombong).

Ini mengajarkan kepada kita bahwa yang menang harus memberi "hormat" kepada yang kalah. Wajib merangkul lawan politiknya menjadi sahabat demi membangun daerah dan masyarakatnya ke depan menjadi lebih baik lagi.

Perlu disadari, orang yang merasa direndahkan, ada kecenderungan pada saatnya akan mencari kesempatan untuk bisa membalas kekalahannya.

Hal ini tentu tidak membuat tenteram. Memperbanyak kawan lebih mulia, ketimbang membiarkan satu musuh yang bisa tumbuh menjadi seribu.

Lagi pula, kemenangan dengan merendahkan lawan tidak akan membawa kemuliaan. Tidak akan ada orang yang hormat, jika dengan kemenangan itu kemudian membuatnya berperilaku sombong, mentang-mentang, apalagi menjurus sewenang-wenang, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.

Jika masing-masing telah mengamalkan filosofi yang sangat mendasar ini, akan membuat hidup kita menjadi kehidupan yang lebih indah, tanpa merendahkan orang lain, kehidupan yang diisi dengan sikap-sikap kesatria, kehidupan yang jauh dari keserakahan dan saling bermusuhan.

Semuanya bisa diselesaikan dengan musyawarah mufakat, melalui pola ' win win solution', yang memiliki arti semua pihak yang berselisih paham memiliki hasil yang menguntungkan untuk semuanya.

Hidup ini sangat singkat. Akan sangat rugi bila harus memendam rasa tak suka, apalagi sampai menanam bibit permusuhan akibat mau menang sendiri atau menang-menangan.

Pesta telah usai, mari kita awali dengan penuh kebaikan, membangun kerukunan dan ketentraman, dengan saling menghormati dan menghargai. (Azisoko)

Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.

Tags:
Kopi PagiPilkadaPesta Demokrasimenang tanpa merendahkan

Administrator

Reporter

Umar Mukhtar

Editor