POSKOTA.CO.ID - Wanita lanjut usia (lansia) asal Jawa Timur, Warsiyem (70) nekat datang ke Jakarta sendirian hanya untuk mendatangi pos Lapor Mas Gibran di Istana Presiden, Jakarta Pusat, Kamis, 14 November 2024.
Warsiyem datang mengenakan tongkat dan membawa kantong kresek hitam berisikan air dan makanan ringan. Kedatangan ibu empat anak ini untuk meminta bantuan kepada Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka terkait hutangnya yang menumpuk di bank akibat tak sanggup bayar.
Dia berhutang ke bank saat dilanda pandemi Covid-19. Hutang ini digunakan sebagai modal untuk berjualan. "Dulu saya kan jualan nasi, terus kena corona, gak bisa bayar," kata Warsiyem kepada Poskota.co.id di lokasi.
Hutang yang mencapai puluhan juta tersebut membuat Warsiyem dan keluarga bingung. Empat anaknya yang telah bekerja bahkan diakuinya tidak cukup untuk membayar tunggakan hutang tersebut.
Apalagi, anak-anaknya meski telah bekerja mereka harus menafkahi keluarga mereka juga. Warsiyem dengan perasaan cemas, kemudian memilih pergi ke Jakarta untuk mendatangi pos Lapor Mas Gibran. "Saya sudah beberapa kali bayar, sebulan Rp4 juta, terus corona saya bayar Rp1,3 juta selama setahun. Nah sekarang saya gak tau berapa," tuturnya.
Untuk menuju Jakarta pun, Warsiyem awalnya bingung karena tidak mempunyai ongkos. Akhirnya ia meminta bantuan kepada tetangga untuk meminjam uang sebagai ongkos. "Pinjam uang sama tetangga dapat Rp4 juta buat ongkos pesawat pulang pergi," katanya dengan rasa pilu.
Wanita yang sudah tidak lagi bugar ini berujar bahwa tetangga di kampungnya sangat mendukung perjuangannya bertemu Presiden atau Wakil Presiden untuk meminta bantuan soal masalah yang dialami. "Tetangga bilang 'saya doakan sukses, nanti juga biar bisa buat bayar hutang saya'," ucap Warsiyem.
Warsiyem sangat berharap kepada Prabowo atau Gibran untuk dapat menyelesaikan masalah yang dialaminya itu. Mengingat dirinya sudah memasuki masa lansia. "Ya saya mau minta bantuan sama Pak Presiden, dilunasi sama Pak Presiden, sama Mas Gibran," tuturnya.
Terpisah, Warga Klender, Jakarta Timur, Kurniasari sengaja datang ke Istana untuk melaporkan masih maraknya praktik pungutan liar (pungli). Ia menyebut banyak pedagang yang bebas berjualan di trotoar diduga karena bayar petugas.
"Satpol PP saya tanya kata dia itu oknum bukan kita. Nah kalau bukan bapak kenapa masih ada yang jualan. Kan Satpol PP harus membersihkan dong. Nah Satpol PP bilang 'kalau dibersihkan hari ini besok ada lagi Bu', kita gak ambil sepersen pun dari penjual," katanya.
Wanita penjual keliling ini kemudian protes saat dirinya mencoba berjualan di kawasan Gereja Katedral saat perayaan natal. Saat itu ia tidak diperbolehkan menggelar barang dagangannya.
"Satpamnya waktu itu bilang gak boleh digelar. Nah oke saya ikutin terus saya pegang jualan saya begini aja. Tapi kenapa yang lain boleh gelar? Saya tanya ke pedagangnya katanya 'kita di sini udah lama tapi bayar Bu'. Apa-apa bayar," keluhnya.
Karena itu Kurniasari meminta pemerintah untuk bersikap adil dan memberantas oknum yang meresahkan. Sebab menurut dia jika dibiarkan, maka akan menjadi bahaya laten yaitu praktik pungli.
"Saya minta kepada pak Wapres itu dibersihkan. Kalau memang gak bisa berjualan di trotoar semuanya gak boleh, kenapa ada yang bisa ada yang enggak bisa," tandasnya.
Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.