POSKOTA.CO.ID - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pandeglang mengalokasikan anggaran sebesar Rp2,4 miliar untuk kegiatan program dakwah stunting di tiap kecamatan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, dari anggaran sebesar Rp2,4 miliar tersebut, setiap kecamatan di Pandeglang mendapat anggaran Rp70 juta.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pandeglang, Sutoto mengungkapkan, penanganan stunting dilakukan melalui kegiatan koordinasi dengan sejumlah tokoh agama.
Dia menyebutkan, keterlibatan mereka diperlukan untuk mengintervensi komunikasi perubahan perilaku berdasarkan modul dan buku saku hasil pendampingan dan pelatihan tingkat kabupaten.
"Dari kegiatan ini, satu kecamatan menerima anggaran sekitar Rp70 juta, pendanaan dari kegiatan ini merupakan anggaran yang bersumber dari insentif fiskal 2024, tidak boleh untuk gaji, tidak boleh untuk tunjangan, tidak boleh untuk honor ASN, dan tidak boleh untuk perjalanan dinas," ungkapnya, Selasa, 5 November 2024.
Dia menjelaskan, program ini merupakan kelanjutan dari program sebelumnya di tingkat kabupaten. Saat itu ada 20 kiai, ulama dan ustadzah yang diberikan pelatihan tentang stunting.
Para pemuka agama ini, katanya lagi, akan dijadikan trainer untuk melatih trainer setingkat kecamatan dan menyampaikan materi tentang stunting.
"Adapun untuk kegiatan ini, jelas ada dasarnya yakni melihat Dasar hukum Perpres Nomor 72 Tahun 2021 sebagai payung hukum bagi Strategi Nasional (Stranas) Percepatan Penurunan Stunting. Dari pemerintah nasional," katanya.
Kabid Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pandeglang, Suci Nurinasani membenarkan ada kegiatan yang sifatnya menyampaikan perubahan prilaku untuk mengurangi stunting yang ada di Pandeglang.
"Jadi dalam kegiatan ini nanti ada buku sakunya dengan isinya ceramah-ceramah stunting. Adapun untuk anggaran dan pelaksananya itu ada di tingkat kecamatan disesuaikan oleh pihak kecamatan," ujarnya.
Dia menyampaikan, nilainya anggarannya sebesar Rp70 juta per kecamatan, dan untuk kegiatannya disesuaikan oleh mereka. "Mengapa menggunakan pemuka agama? Karena kami merasa kata kunci untuk merubah perilaku masyarakat di Pandeglang sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari," tandasnya.