Pelantikan Presiden dan Matahari Kembar

Rabu 09 Okt 2024, 07:57 WIB
Presiden RI Joko Widodo saat menghadiri pelantikan dan sidang awal masa jabatan Anggota DPR, MPR dan DPD di Gedung Nusantara II, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (1/9/2024). Sidang Awal Masa Jabatan dan Pelantikan Anggota MPR/DPR/DPD RI Periode 2024-2029 di laksanakan di Gedung Nusantara II, Komplek Parlemen sebanyak 580 anggota DPR RI dan 152 anggota DPD RI terpilih dari hasil pemilu legislatif 2024.Poskota/Ahmad Tri Hawaari

Presiden RI Joko Widodo saat menghadiri pelantikan dan sidang awal masa jabatan Anggota DPR, MPR dan DPD di Gedung Nusantara II, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (1/9/2024). Sidang Awal Masa Jabatan dan Pelantikan Anggota MPR/DPR/DPD RI Periode 2024-2029 di laksanakan di Gedung Nusantara II, Komplek Parlemen sebanyak 580 anggota DPR RI dan 152 anggota DPD RI terpilih dari hasil pemilu legislatif 2024.Poskota/Ahmad Tri Hawaari

KEMARIN ramai diberitakan , Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemungkinan tidak akan menghadiri pelantikan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Minggu, 20 Oktober 2024 mendatang.

Jokowi mengaku, Minggu sore itu, atau di hari pelantikan itu, akan bertolak ke Solo, Jawa Tengah, pulang ke kampung halamannya.

Dia menambahkan dirinya akan langsung beristirahat sesampainya di kota kelahirannya. Dia akan istirahat, tidur. Tapi kata Mensesneg Pratikno Jokowi akan datang.

Sementara itu, Prabowo dan Gibran bakal dilantik melalui Sidang Paripurna MPR. Ketua MPR Ahmad Muzani menjelaskan, mekanisme pelantikan Prabowo-Gibran dipastikan masih menggunakan aturan yang lama. Namun tidak dijelaskan bagaimana aturan lama itu.

Bila, Jokowi tidak menghadiri langsung acara pelantikan di Senayan tersebut, sebenarnya bukan tradisi baru.

Saat pergantian dari Presiden SBY ke Jokowi, dulu presiden SBY juga tidak datang ke Gedung MPR/DPR. SBY menunggu di Istana untuk melakukan estafet kepemimpinan. Bahkan menunggu lama.

Saat itu SBY menunggu lama sampai menjelang malam, karena Presiden Jokowi yang baru dilantik menaiki delman, dan berputar-putar di tengah lautan manusia, dari Jalan Thamrin hingga Silang Monas.

Saat menyambut, di Istana, juga ada peninjauan pasukan, Jokowi terlalu cepat jalan, lalu dicolek SBY.

Pun setelah Jokowi datang, dan selepas penyambutan, SBY segera keluar Istana. Hal ini adalah simbol penting soal kekuasaan. Jangan sampai ada Matahari Kembar, pimpinan kembar.

Jaman Keraton di Jawa, atau cerita wayang, hal itu sangat diperhatikan. Karena Matahari kembar itu bahaya. Kalau di simak, pemimpin lama masih memiliki pengikut banyak, pasukan yang mungkin sangat setia.

Maka demi lancarnya estafet kepemimpinan maka, raja lama harus segera keluar Istana. Presiden yang sudah habis masa baktinya harus cepat keluar dari Istana untuk menghindari Matahari Kembar.

Jadi rencana Jokowi ke Solo tersebut merupakan hal yang ada sisi baiknya, yakni untuk secepatnya melakukan penyerahan estafet kepemimpinan, dengan segera keluar dari Istana (pusat kekuasaan) untuk menyingkir guna menghindari pandangan Matahari Kembar. Dan tidak cawe-cawe.

Kabarnya, bahkan nantinya Jokowi akan puasa bicara selama tiga minggu setelah lengser keprabon, untuk memberikan keleluasaan kepada Prabowo selaku pemimpin baru.

Hal lain yang dihindari, yakni karena di Senayan nantinya yang akan dilantik adalah anaknya sendiri, Gibran Rakabuming Raka sebagai Wapres, Jokowi tak ingin rupanya mengurangi sorotan terkait politik dinasti yang dia bangun.

Setidaknya itu mengurangi kesan, soal penilaian rakyat yang monggo terserah.

Satu hal lagi, yang mungkin ini hal kecil, yakni soal tepuk tangan hadirin di ruangan sidang paripurna MPR.

Pada acara pelantikan DPR yang lalu, Jokowi tidak mendapat tepuk tangan antusias, sedangkan Prabowo tepuk tangan gemuruh, mungkin Jokowi akan lebih baik tidak hadir daripada kejadian itu terulang lagi.

Kembali kepada falsafah yang ada di negeri ini, apa yang direncanakan Jokowi, secepatnya pulang ke Solo, pada 20 Oktober nanti, juga diharapkan sebagai contoh lengser keprabon, madeg pandito (Lengser dari tahta, dan berlanjut menekuni bidang rohani, mempersiapkan akhirat).

Semoga itu dilakukan dan dia tidak kembali cawe-cawe kepada pemerintahan baru. (**)

Dapatkan berita serta informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.

News Update