POSKOTA.CO.ID - Harga Bitcoin (BTC) memperpanjang tren kenaikan satu minggu menjadi 10 persen setelah beberapa hari berada pada fase stagnan.
Faktor kenaikan bitcoin meliputi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS, jeda pemotongan oleh Bank of England, dan keputusan untuk mempertahankan suku bunga oleh Bank of Japan (BoJ).
Bitcoin sempat melewati 64 ribu dolar AS pada jam-jam pagi Asia pada Jumat, 20 September 2024.
Itu terjadi setelah Bank of Japan (BoJ) mempertahankan kebijakan yang tidak berubah dalam sebuah langkah untuk menghindari terulangnya kehancuran pasar pada Juli lalu, menyusul keputusannya untuk menaikkan suku bunga.
Data makroekonomi juga menunjukkan optimisme untuk perdagangan yang lebih berisiko, seperti bitcoin, dalam beberapa bulan mendatang.
"Spread treasury AS 2Y/10Y, indikator resesi, telah terbalik sejak Juli 2022 tetapi baru-baru ini meningkat tajam menjadi +8bps. Ini mencerminkan optimisme pasar dan pergeseran ke arah aset berisiko," kata trader QCP Capital, dilansir CoinDesk, Jumat, 20 September 2024.
Instrumen utang jangka pendek dengan imbal hasil yang lebih tinggi daripada jangka panjang dapat menjadi tanda peringatan bagi aset berisiko dan ekonomi.
Sebab, itu menunjukkan bahwa kebijakan moneter dan fiskal bersifat membatasi dan ekonomi dapat berkontraksi di masa mendatang.
Data minat terbuka dari CoinGlass menunjukkan lonjakan hampir 5 miliar dolar AS dalam perdagangan bitcoin sejak Selasa lalu. Ini menjadi tanda adanya uang baru yang dengan cepat memasuki pasar dengan ekspektasi volatilitas ke depan.
Para trader cenderung mengambil posisi long, sebuah rasio yang melacak volume pembelian aktif terhadap volume penjualan aktif.
Pasar kripto melonjak lebih tinggi dalam 24 jam terakhir, dengan meme dan token layer-1 memimpin kenaikan.