Perbedaan itu indah. Kalimat ini tak asing lagi karena acap diungkapkan oleh berbagai kalangan.
Negara kita menjadi indah karena heterogenitas, dunia pun mengakuinya, meski berbeda-beda tetapi tetap satu.
“Pelangi takkan indah kalau hanya satu warna putih semuanya,” kata Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.
“Namanya juga pelangi karena terdiri dari beraneka warna. Kalau cuma satu warna namanya bukan pelangi,” kata Yudi.
“Siapa ya membuat pelangi hingga begitu indah,” kata Heri.
“Lah pakai nanya segala lihat saja syair lagunya. Pelangi, pelangi alangkah indahmu.Merah, kuning, hijau di langit yang biru. Pelukismu agung, siapa gerangan. Pelangi, pelangi ciptaan Tuhan,” kata Yudi.
“Jadi perbedaan itu dari sononya, tak perlu dipertentangkan. Manusia lahir sudah dengan perbedaan. Kembar lima saja, tetap ada perbedaan, apalagi satu dengan yang lain,” kata mas Bro.
“Karenanya kita wajib menghargai perbedaan yang ada, bukan malah mempersoalkan perbedaan. Bukan pula membeda- bedakan perlakuan,” kata Heri.
“Tidak menghargai perbedaan yang ada, tak ubahnya tidak menghargai kodratnya sebagai manusia,” kata Yudi.
“Coba lihat, lukisan akan menjadi indah karena adanya perpaduan berbagai warna. Kalau cuma satu warna, mana muncul keindahan. Maknanya memadukan perbedaan akan membawa keindahan dan kedamaian,” kata Heri.
“Setuju. Perbedaan adalah kenyataan yang tidak bisa ditolak atau dihindari. Karenanya kita – kita ini yang berbeda satu sama lain, tidak bisa memaksakan kehendak untuk seragam dalam pilihan,” kata mas Bro.
“Perbedaan sikap, aspirasi dan pilihan politik dalam pilkada tidak bisa dihindari, dan perbedaan itulah indahnya demokrasi,” kata Heri.
“Jadi jangan sampai nanti kalau beda pilihan dalam pilgub Jakarta, lantas berantem. Persahabatan kita pecah. Jangan sampai begitu,” ujar Yudi.
“Nggak sampai segitunya Bro. Kita-kita ini, meski rakyat kecil, tahu etika dan tata krama. Tahu menghargai orang, tidak seenaknya, tidak seperti mereka,” kata Heri.
“Mereka siapa, jangan asal bicara?,” kata Yudi.
“Ya mereka yang tidak menghargai perbedaan pilihan,” kata Heri. (Joko Lestari).