Sering dikatakan politik itu agak keras dan agak kasar. Mungkin itu pula salah alasannya sehingga tak sedikit orang yang enggan terjun ke dunia politik praktis sebagai politisi atau politikus.
Penilaian politik agak keras, agak kasar dilontarkan Jusuf Hamka alias Babah Alun. Karena alasan itu pula sehingga Babah Alun, pebisnis yang berjuluk Bos Jalan Tol itu mengundurkan diri dari keanggotaan Partai Golkar, sejak 12 Agustus 2024.
“Kalau nggak mau yang keras, berarti maunya yang lembut-lembut gitu ya,” kata Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.
“Itu juga yang disinggung Jusuf Hamka. Kita tahu dia selama ini aktif pada masalah kemanusiaan. Menggerakan kepedulian sosial. Kalau bidang kemanusiaan itu penuh kelembutan,” kata Yudi.
“Kalau kalian gimana, suka dengan yang lembut atau keras,” kata Heri.
“Kalau saya pribadi sih suka yang lembut, ketimbang keras,” jawab Yudi.
“Soal profesi itu pilihan, selain bakat tentunya minat. Anak sekarang sering menyebutnya passion gitu. Acap terjadi meski mendapat tawaran pekerjaan bergengsi, tetapi kalau tidak passion-nya, ditinggalkan,”kata mas Bro.
“Betul juga, meski banyak yang mengatakan politik keras, kasar, culas, faktanya banyak orang terjun menjadi politikus. Boleh jadi tantangan tersendiri menggeluti dunia politik yang penuh liku,” urai Heri.
“Yang jelas politisi itu profesi bergengsi. Sebutannya saja anggota dewan yang terhormat, bagi anggota DPR/DPRD. Kehadirannya mewakili rakyat untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat,” kata Yudi.
“Kalau tidak memperjuangkan aspirasi rakyat, bagaimana apa sebutannya bisa diganti, misalnya bukan terhormat lagi?,” tanya Heri.
“Sebutan wakil rakyat sebagai anggota dewan yang terhormat itu sudah melekat. Memperjuangkan secara sungguh – sungguh, kurang memperjuangkan aspirasi karena berbagai hal, tetap sebagai anggota dewan,” kata mas Bro.
“Soal bagaimana kinerjanya dalam memperjuangkan aspirasi rakyat, itu soal lain. Biarlah rakyat yang menilainya. Kalau kinerjanya bagus, tentu akan dipilih lagi, jika tidak ya terserah rakyat juga,” kata Yudi.
“Lagi pula soal keras dan kasar, itu praktik politik yang acap mewarnai. Sejatinya politik itu suci dan mulia karena tadi, bertujuan menyejahterakan rakyat, memajukan bangsa dan negara,” jelas mas Bro. (Joko Lestari).