ANGGARAN makan bergizi gratis masih terus dikaji. Terakhir beredar kabar, jika anggaran akan diturunkan dari rencana awal Rp 15.000 menjadi Rp 7.500 per porsi. Namun, besaran ini belum final, masih digodok oleh tim ekonomi presiden terpilih.
Prinsipnya apakah anggaran bisa diturunkan lebih hemat lagi dari Rp 15.000 menjadi Rp 9.000 atau Rp 7.500 per porsi.
“Hemat anggaran memang diperlukan, apalagi makan bergizi gratis ini akan berjalan, setidaknya sepanjang lima tahun ke depan,” kata Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.
“Yang perlu dipikirkan adalah jangan karena ingin hemat anggaran membuat makanan menjadi kurang bergizi. Jika ini terjadi, namanya bukan lagi makan bergizi. Apa kalian mau kurang gizi?,” tanya mas Bro.
“Ya enggak lah,” jawab Heri.
“Makanya kalau kalian niat traktir teman jangan nanggung. Tidak seperti pekan kemarin, traktir makan cuma sayur asem sama tempe bongkrek, paling banter tempe bacem,” kata Yudi.
“Loh kok larinya jadi ke sana. Saat itu kan traktiran nostalgia, bukan soal harga tapi suasana,” jawab Heri.
“Oke kembali ke soal anggaran makanan. Harga Rp 15.000 dengan Rp 10.000 atau Rp 7.500 tentu beda menu dan rasa,” kata mas Bro.
“ Saya beli nasi uduk dengan menu irisan telur, sedikit mi, dan tempe per porsi rata – rata Rp 10.000. Kalau tambah telur dadar menjadi Rp14.000. Nggak tahu kalau Rp 7.500 dapat apa karena saya belum pernah nyoba,” urai Yudi.
“Itu kan harga pasaran nasi uduk di Jabodetabek. Kalau di daerah tertentu, di kampung, mungkin saja Rp 7.500 sudah pakai telur,” kata Heri.
“Boleh jadi, karena masing – masing daerah beda kehidupan sosial ekonomi masyarakatnya, beda pula standar harga makanan” urai mas Bro.