JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Memahami Bubur Asyura, hidangan yang khusus dibuat menjelang 10 Muharram dengan makna yang mendalam bagi umat muslim.
Selain menjalankan ibadah puasa Asyura, di beberapa daerah di Indonesia ada tradisi menyajikan bubur Asyura pada 10 Muharram.
Bubur Asyura adalah hidangan tradisional yang biasanya disajikan pada hari Asyura 10 Muharram dalam kalender Islam.
Bubur Asyura tidak hanya ada di Jawa dan Indonesia, tetapi juga menjadi tradisi Muslim di seluruh dunia, seperti Timur Tengah, Asia Selatan, dan Asia Tenggara.
Jadi, apa sebenarnya bubur Asyura dan apa makna yang ada di balik penyajiannya? Bubur Asyura adalah bubur beras yang dimasak dengan santan dan berbagai jenis sayuran.
Bubur Asyura biasanya dimasak bersamaan oleh warga dan kemudian dibagikan ke masjid atau warga sekitar. Bubur Asyura atau Suro bukan hanya tradisi dalam menyambut Tahun Baru Islam, tetapi juga penuh makna.
Tradisi memasak bubur Asyura adalah bentuk rasa syukur manusia atas keselamatan yang telah diberikan oleh Allah SWT. Bubur Asyura bukan hanya sekedar makanan, tetapi memiliki makna kebersamaan, rasa syukur, dan solidaritas Muslim.
Hidangan ini sering kali dibuat dalam jumlah dan porsi besar dan dibagikan kepada tetangga, teman, dan mereka yang membutuhkan sebagai bentuk amal kebaikan.
Peringatan dan tradisi membuat bubur Asyura mengajarkan pentingnya mengenang sejarah, menghormati pengorbanan, dan berbagi dengan sesama. Sehingga mencerminkan semangat gotong royong dan kepedulian sosial yang tinggi.
Resep Bubur Asyura
1. Bahan:
- 200 gram beras
- 100 gram jagung manis pipil
- 100 gram kacang merah, rendam semalaman
- 100 gram kacang hijau, rendam semalaman
- 100 gram ubi jalar, potong dadu kecil
- 100 gram labu kuning, potong dadu kecil
- 1 liter air
2. Bumbu:
- 200 ml santan kental
- 3 lembar daun pandan, simpulkan
- 1 batang serai, memarkan
- 2 lembar daun salam
- 100 gram gula merah, serut halus
- Garam secukupnya
- Gula pasir secukupnya