JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Kehadiran anak dalam sebuah keluarga sering kali menjadi sumber kebahagiaan yang sangat dinantikan namun perlu juga dibutuhkan yang namanya dukungan dari keluarga. Namun, tidak semua wanita dapat merasakan kegembiraan pada masa awal kelahiran buah hati mereka.
Beberapa orang masih merasa seperti sedang bermimpi dan tidak percaya bahwa mereka sekarang sudah menjadi seorang ibu. Ada juga yang merasa takut dan bingung karena belum memiliki pengalaman merawat bayi.
Selain itu, ada yang malah merasa stres dan sedih dengan kehadiran bayinya. Mengapa bisa begitu? Itulah yang disebut dengan baby blues.
Baby blues syndrome adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami depresi ringan setelah melahirkan. Meskipun sering dianggap remeh, kondisi ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi ibu dan bayi jika tidak segera mendapatkan penanganan.
Masalah kesehatan mental ini sering membuat ibu merasa lebih emosional dan sensitif setelah melahirkan, seperti mudah merasa sedih, marah, dan menangis. Jadi, apa yang menyebabkan ibu mengalami baby blues? Cari tahu lebih lanjut di sini.
Apa yang dimaksud dengan Sindrom Baby Blues?
Proses melahirkan adalah momen yang menantang bagi setiap ibu, sehingga seringkali menyebabkan perubahan suasana hati yang drastis dan bahkan dapat mengarah pada sindrom baby blues.
Sindrom baby blues adalah gangguan kesehatan mental yang dialami wanita setelah melahirkan, yang ditandai dengan perubahan suasana hati seperti kegelisahan dan kesedihan yang berlebihan.
Secara umum, gejala sindrom baby blues biasanya semakin parah pada hari ke-3 hingga ke-4 setelah melahirkan dan berlangsung selama sekitar dua minggu. Meskipun demikian, kondisi ini tidak boleh diabaikan.
Jika gejala tidak membaik setelah dua minggu, ibu harus segera berkonsultasi dengan dokter. Hal ini penting karena baby blues dapat berkembang menjadi depresi pasca melahirkan yang bisa membahayakan ibu dan bayi.
Fakta Baby Blues di Indonesia
Apa saja fakta mengenai baby blues di Indonesia? Dan langkah apa yang harus diambil jika kondisi ini dialami oleh diri sendiri atau anggota keluarga terdekat?
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN, Nopian Andusti, memberikan pernyataan mengejutkan dalam diskusi Kelas Orang Tua Hebat (Kerabat) sesi pertama tahun 2024 di Jakarta.
Nopian Andusti, memberikan pernyataan bahwa 57 persen ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues, hingga hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan risiko baby blues tertinggi di Asia.
Dengan kata lain, hampir setengah dari ibu-ibu di Indonesia pernah mengalami baby blues syndrome.
Masalah utama di Indonesia yang membuat baby blues masih sering terjadi adalah kurangnya pemahaman masyarakat mengenai pentingnya dukungan untuk perempuan selama kehamilan dan setelah melahirkan.
Selain itu, anggapan bahwa menjadi ibu itu mudah juga turut berperan.
Hal ini sangat memprihatinkan dan harus segera diubah, sehingga BKKBN menyediakan edukasi melalui Kelas Orang Tua Hebat (Kerabat) untuk mengurangi kemungkinan terjadinya baby blues pada ibu di Indonesia.
Cara mengatasi Sindrom Baby Blues
Jadi, bagaimana cara mengatasi baby blues? Kuncinya adalah merawat diri sendiri. Cobalah untuk berpikir positif, mendapatkan istirahat yang cukup, melakukan aktivitas yang kamu nikmati, dan menjaga pola makan yang teratur.
Pentingnya peran suami sebagai support system ketika sang istri mengalami baby blues. Berikan dukungan fisik dan emosional, semangat, serta bantu dalam pekerjaan rumah tangga yang bisa suami lakukan.
Jadilah pendengar yang baik, karena perempuan seringkali membutuhkan seseorang untuk bercerita dan mendengarkan dengan setia. Hindari menghakimi, dan coba pahami kondisi istri saat ini.
Pengetahuan tentang masa kehamilan dan kelahiran bayi juga sangat penting. Tanpa persiapan, segalanya bisa terasa lebih sulit. Keluarga juga perlu berperan serta, dengan menciptakan lingkungan yang mendukung bagi ibu selama masa kehamilan dan setelah melahirkan.