JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Kabar tertembaknya mantan presiden Amerika Serikat Donald Trump seolah mengalihkan publik pada apa yang terjadi di Gaza, yang pada hari yang sama kembali diserang Israel.
Pada Sabtu 13 Juli 2024, Donald Trump ditembak saat sedang melakukan kampanye Pemilihan Presiden Amerika Serikat di Butler, Pennsylvania, AS.
Sekitar area wajah dan telinga Donald Trump terlihat berdarah, sehingga dirinya langsung dievakuasi dari panggung ke tempat yang aman.
Melansir Associated Press, dilaporkan bahwa penembak tidak berada di dalam lokasi kampanye, dan tewas ditembak pasukan pengamanan dalam kejadian itu.
Disebut Munafik oleh Wartawan Gaza
Melihat begitu banyak sorotan dunia kepada kejadian penembakan tersebut membuat salah seorang wartawan di Gaza merasa jengah.
Dalam postingan terbarunya Minggu 14 Juli 2024, wartawan Gaza bernama Wissam Nassar mengungkapkannya di akun Istagram miliknya, @WissamGaza.
Dalam postingan berbaha Inggris tersebut, kata ‘Kemunafikan’ menjadi judul unggahannya yang sebenarnya pendek, tapi bermakna tajam.
“Goresan kecil di telinga Trump mengguncang dunia dan menyebabkan media di seluruh dunia melakukan siaran khusus menit demi menit untuk menceritakan apa yang terjadi,” katanya.
“HARI INI ISRAEL TELAH MEMBUNUH LEBIH DARI 150 WARGA PALESTINA DI KAMP PENGUNGSI DI GAZA SELATAN DAN BELUM ADA SKANDAL,” tambahnya.
Melansir Al Jazeera, serangan Israel terhadap kamp pengungsian al-Mawasi menewaskan sedikitnya 90 orang. Dan sekitar 300 orang juga terluka dalam Kawasan yang ditetapkan sebagai ‘zona aman’.
Serangan di kamp pengungsi al-Mawasi Gaza, sebelah barat Khan Younis pada 13 Juli 2024 tersebut melibatkan jet tempur dan drone, menurut para saksi.
Para pejabat Israel mengatakan, serangan itu menargetkan dua anggota senior sayap militer Hamas, dan mengklaim mereka bersembunyi di antara warga sipil.
Namun Hamas menolak klaim tersebut. Mereka mengatakan bahwa itu adalah cara untuk menutupi ‘pembantaian mengerikan’ di kamp pengungsian tersebut.
Sebab sebelumnya, pengungsi Palestina yang ada di sana didesak untuk mencari perlindungan setelah menerima perintah untuk mengevakuasi rumah mereka di tempat lain di Jalur Gaza.
Pesawat-pesawat tempur Israel menghantam tenda-tenda yang menampung pengungsi Palestina dan unit penyulingan air.
Dilaporkan dari Deir el-Balah di Gaza tengah, Tareq Abu Azzoum dari Al Jazeera mengatakan daerah itu terkena lima bom dan lima rudal.
Pengungsi Palestina yang berlindung di daerah itu mengatakan tenda mereka robih akibat kekuatan serangan dan menggambarkan banyak mayat dan bagian tubuh berserakan di tanah.
“Saya bahkan tidak tahu di mana saya berada atau apa yang terjadi,” kata Sheikh Youssef, seorang warga Kota Gaza yang mengungsi di daerah al-Mawasi.
Korban luka dibawa ke Kompleks Medis Nasser di Khan Younis, yang kekurangan staf dan peralatan medis yang sangat dibutuhkan.
Bahkan petugas penyelamat mengatakan, tentara Israel menyerang kru yang dalam perjalanan untuk membantu para korban.
Kamp pengungsian al-Mawasi berulang kali diserang oleh tentara Israel, dengan serangan pada akhir Mei yang menghantam tenda yang menampung keluarga pengungsi yang menewaskan sedikitnya 21 orang.
Pernyataan Pejabat Israel
Tokoh-tokoh yang menjadi sasaran pengeboman adalah Rafa’a Salameh, komandan Brigade Khan Younis Hamas, dan Mohammed Deif, kepala sayap militer Hamas yang dituduh mendalangi serangan 7 Oktober.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan tidak sepenuhnya yakin bahwa para pejabat Hamas tewas dalam serangan itu, tetapi menyatakan bahwa serangan itu bermanfaat bagi Israel.
“Upaya untuk membunuh komandan Hamas saja sudah menyampaikan pesan kepada dunia, sebuah pesan bahwa hari-hari Hamas tinggal menghitung hari,” katanya.
“Dan inilah yang akan saya lakukan minggu depan di Kongres AS. Saya akan menyampaikan pesan Israel kepada Amerika Serikat dan seluruh dunia,” tambahnya.
Pernyataan Hamas
Khalil al-Hayya, wakil ketua Hamas di Gaza, mengklaim bahwa Benjamin Netanyahu mendeklarasikan ‘kemenangan palsu’ dan klaim tentang penargetan para pemimpin Hamas adalah salah.
“Mohammad Deif mendengarkan Anda sekarang dan mengejek pernyataan palsu dan kosong Anda,” katanya kepada Al Jazeera Arab.
Melihat hal tersebut, wartawan Gaza merasa dunia tidak adil atas apa yang terjadi di kamp pengungsian di Gaza dan apa yang terjadi pada Donald Trump, hingga membuatnya jengah.