MOSKOW, POSKOTA.CO.ID – Rusia mengecam rencana penempatan rudal Amerika Serikat (AS) di Jerman. Keputusan AS untuk menempatkan rudal jarak jauh di Jerman memicu kekhawatiran akan kembalinya era Perang Dingin.
Rusia memperingatkan bahwa langkah ini bisa menyebabkan "konfrontasi langsung", sementara Kanselir Jerman, Olaf Scholz, memuji rencana tersebut sebagai upaya pencegahan dan jaminan perdamaian.
Pengumuman penempatan rudal di Jerman disampaikan oleh Gedung Putih pada hari Rabu selama pertemuan puncak NATO di Washington.
Penempatan senjata jarak jauh, termasuk rudal jelajah Tomahawk, di Eropa dikatakan bertujuan sebagai pencegah.
Menanggapi pengumuman itu, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyatakan pada hari Kamis bahwa langkah ini mengindikasikan kemajuan pasti menuju Perang Dingin, dengan atribut konfrontasi langsung yang kembali muncul.
"Kami mengambil langkah pasti menuju Perang Dingin. Semua atribut Perang Dingin dengan konfrontasi langsung kembali muncul," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan TV pemerintah Rusia, seperti dikutip dari Aljazeera.
Meskipun mendapatkan dukungan dari Scholz, keputusan ini memicu kritik di Jerman, termasuk dari anggota Partai Sosial Demokrat yang dipimpin oleh Scholz sendiri.
Scholz membela langkah ini dengan menyebutnya sebagai tindakan pencegahan dan pengamanan perdamaian yang tepat waktu.
Amerika Serikat berencana memulai penempatan rudal jarak jauh di Jerman pada tahun 2026 dan mengupayakan penempatan permanen di masa depan.
Duta Besar Rusia untuk Jerman, Sergei Nechayev, memperingatkan bahwa langkah ini bisa memperburuk hubungan antara Moskow dan Berlin.
Ia berharap para elit politik Jerman mempertimbangkan kembali keputusan yang dianggapnya merusak dan berbahaya tersebut.
“Diharapkan para elit politik Jerman akan mempertimbangkan kembali apakah langkah yang merusak dan berbahaya tersebut, yang tidak memberikan kontribusi apa pun bagi keamanan Republik Federal Jerman maupun benua Eropa secara keseluruhan, merupakan tindakan yang bijaksana,” kata Sergei Nechayev.
Di tempat terpisah, Menteri Pertahanan Jerman, Boris Pistorius, menekankan bahwa keputusan ini mengatasi kesenjangan serius dalam kemampuan pertahanan Jerman. Berlin kini hanya memiliki rudal jelajah yang dapat ditembakkan oleh pesawat.
Sejalan dengan kritik yang bermunculan di dalam negeri, pengumuman penempatan rudal AS itu telah mengundang reaksi keras di Jerman, membawa kembali kenangan pahit era Perang Dingin.
Ralf Stegner, anggota parlemen dari Partai Sosial Demokrat Scholz, mengkhawatirkan bahwa keputusan tersebut dapat memicu perlombaan senjata baru, membuat dunia menjadi semakin berbahaya.
"Hal ini tidak akan membuat dunia lebih aman. Sebaliknya, kita sedang memasuki spiral di mana dunia menjadi semakin berbahaya," kata Stegner memperingatkan.
Senada dengan Stegner, Sahra Wagenknecht, tokoh sayap kiri terkemuka di Jerman, menyatakan bahwa penempatan rudal AS meningkatkan risiko Jerman menjadi medan perang.
Penempatan rudal balistik Pershing II AS di Jerman Barat pada tahun 1980-an pada puncak Perang Dingin memicu demonstrasi besar-besaran.
Namun, setelah berakhirnya Perang Dingin, AS mengurangi jumlah rudal yang ditempatkan di Eropa karena ancaman dari Moskow mereda.
Kini, negara-negara NATO, dipelopori oleh AS, berupaya memperkuat pertahanan mereka di benua biru itu menyusul invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.