Obrolan Warteg: Belum Cukup Kursi, Jangan Dikunci

Jumat 05 Jul 2024, 07:00 WIB
Ilustrasi. Obrolan warteg: Belum Cukup Kursi, Jangan Dikunci (Poskota.co.id/Yudhi Himawan)

Ilustrasi. Obrolan warteg: Belum Cukup Kursi, Jangan Dikunci (Poskota.co.id/Yudhi Himawan)

Dulu, jauh sebelum pelaksanaan pilpres, kita sering mendengar  istilah belum cukup umur terkait syarat usia pencalonan presiden dan wapres. Namun,akhirnya menjadi cukup umur, jelang hari pendaftaran pasangan calon.

Kini, istilah belum cukup kursi acap menggeliat, utamanya jelang pilkada Jakarta.

“Mengapa bisa begitu?,” tanya Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.

“Ini tak lain, karena tidak satu pun parpol dapat mengusung sendiri pasangan calon (paslon) gubernur dan wakil gubernur pada pilgub Jakarta. Untuk dapat mengusung paslon harus membangun koalisi,” tambah Yudi.

“Iya aku paham. PKS sebagai pemenang pileg di Jakarta, hanya memperoleh 18 kursi, belum mencapai sedikitnya 20 persen atau 22 kursi dari 106 jumlah kursi di DPRD Jakarta sebagaimana dipersyaratkan,” kata Heri.

“Belum cukup kursi belakangan dilontarkan sejumlah parpol, menyusul PKS yang mengunci komposisi kandidat cawagub pendamping Anies Baswedan pada pilgub Jakarta.Figur cawagub dimaksud tak lain kader internal PKS, Mohamad Sohibul Iman,” kata mas Bro.

“Jika PKS terus mengunci posisi cawagub, oleh sementara parpol lain dinilai menutup peluang koalisi, padahal belum cukup kursi,” kata Yudi.

“Iya juga karena parpol lain, seperti PKB yang mengusung Anies sebagai cagub, juga berkeinginan menempatkan kadernya menjadi cawagub,” kata Heri.

“Yang beredar, tiga parpol setuju mengusung Anies sebagai cagub,tetapi belum tentu sepakat dengan figur cawagub yang disodorkan oleh masing – masing parpol,” kata Yudi.

“Itu yang sekarang terjadi, tarik menarik soal komposisi cawagub. Jika tidak terdapat kata sepakat hingga bulan depan,bisa deadlock,” kata mas Bro.

“Tetapi hal itu sepertinya tidak akan terjadi, saat – saat akhir pendaftaran, akan mencair, ada jalan tengah,” kata Heri lagaknya pengamat politik.

“Jalan tengah berarti mengembalikan sesuai proporsinya berdasarkan jumlah kursi yang dimiliki,” ujar Yudi.

“Jangan yang kecil minta yang lebih, yang besar dikasih sedikit. Itu namanya tidak proporsional ya?,”kata Heri.

“Tetapi politik bukanlah matematik, tugas parpol di antaranya menyiapkan kadernya sebagai calon pemimpin bangsa. Kata lain, politik untuk meraih kekuasaan guna memperjuangkan aspirasi rakyat,” kata mas Bro.

“Iya juga, bagaimana bisa memperjuangkan aspirasi tanpa dukungan kekuasaan,” ujar Heri. (Joko Lestari).

Berita Terkait

Obrolan warteg: Kegagalan Parpol

Kamis 11 Jul 2024, 07:02 WIB
undefined

News Update