BEKASI, POSKOTA.CO.ID - Kelompok Tani di Desa Sukaasih Kecamatan Sukatani, Kabupaten Bekasi menggunakan cara unik untuk membasmi hama tikus di sawah mereka. Mereka menerapkan metode burung hantu.
Konsep yang digunakan dengan cara membuat rumah burung hantu (Rubuha) yang ditempatkan di tengah-tengah sawah. Nantinya, burung hantu akan mengintai hama saat bergerak di lahan tanaman milik petani.
Koordinator Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Kabupaten Bekasi, Damang Darmadi (55) mengatakan, ide awal pembasi hama dilakukan bersama kelompok tani Bagja Asih pada April 2020 silam.
Cara ini dipakai agar hasil panen lebih banyak dan berkualitas baik. Menurutnya, para petani cemas akan keberadaan hama tikus merusak tanaman di lahan sawah yang mereka tempati.
Ia kemudian berkunjung ke daerah lainnya, konsep tersebut berhasil mengusir hama.
"Tahun 2020 kami ajukan meminta bantuan pembuatan Rubuja ke kementerian pertanian. Saat itu kita dapatkan 5 unit kandangnya saja, sedangkam sebanyak 10 burung kita dapatkan dari dinas pertanian," ucap Damang kepada wartawan, Senin, 1 Juli 2024.
Penerapan awal, kata dia, warga sekitar mengaku takut akan keberadaan burung hantu. Lantaran suara dan mitos burung hantu kental akan keberadaan makhlus halus.
Seiring berjalan, petani dan warga sekitar dapat memahami situasi dan kondisi.
"Petani pun memahami, bahkan di Rubuha sudah tidak muat, ada juga yang bertengger di Masjid. Kalau saat ini sudah terjadi kembang biak tiga kali, hingga menghasilkan 75 burung dari awalnya 10 ekor," ungkapnya.
Pembuatan Rubuha pada dasarnya bukan sebagai rumah untuk burung hantu, melainkan sebagai tempat mengintai untuk memangsa tikus.
"Kalau tidurnya mereka memang di pepohonan sekeliling sawah maupun pemukiman warga, nah kalau Rubuha buat tempat mengintai," paparnya.
Menurutnya, hewan predator ini memiliki jangkauan terbang seluas 10 kilometer. Sejak 2020 hingga 2024 ini, metode pengendalian hama menggunakan burung hantu berjenis Tyto Alba ini juga menginspirasi petani lainnya. Bahkan populasi dari 10 ekor burung hantu itu juga telah merambah hingga ke wilayah lain.
"Sekarang di kecamatan Cibitung, Tambelang, Sukakarya, Sukatani sudah tersebar. Makanya saya bersosialisasi kepada kelompok tani yang lain untuk dibuatkan rubuhan walaupun secara swadaya sambil kita mengajukan bantuan rubuha dari pemerintah daerah," ujarnya.
Kekinian, lanjutnya, petani di Desa Banjarsari sudah merasakan manfaat lewat penerapan metode burung hantu guna mengusir hama tikus di sawah.
Agar pembasmian hama semakin massif dan mendapatkan hasil panen padi yang baik, para petani mengajukan kembali sebanyak 20 Rubuha dan burung hantu ke Dinas Pertanian Kabupaten Bekasi.
"Kita ajukan kembali lah 20 Rubuha, meskipun gak ada burungnya. Untuk wilayah lain nanti jemput burungnya di Sukaasih," jelasnya.
Ketua Kelompok Tani Bagja Asih, Neman (49) mengatakan konsep ini ampuh untuk mengusir hama tikus. Bahkan, para petani sudah dua kali panen padi dalam setahun.
Sebelum memakai konsep tersebut para petani menggunakan metode 'grobyokan' yaitu secara bersama-sama membasmi tikus dengan berkeliling sawah menggunakan kayu bambu.
"Kualitas padi jauh lebih meningkat, satu musim rata-rata panen 4 hingga 5 ton selama pakai Rubuha ketimbang sebelumnya," ucap Neman. (Ihsan Fahmi)
Dapatkan berita pilihan editor dan informasi menarik lainnya di saluran WhatsApp resmi Poskota.co.id. GABUNG DI SINI