PUSAT Data Nasional (PDN) jebol kena hack virus Ransomware. Serangan hacker ke PDN membuat kaget publik Indonesia. Pasalnya setiap informasi individu WNI terdapat di PDN.
Bila bocor ke pihak tak bertanggung jawab, informasi PDN bisa digunakan untuk kejahatan siber skala tinggi. Semisal pihak-pihak itu mendapat alamat pribadi individu WNI sehingga menggunakannya untuk kejahatan terencana.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menjadi pihak yang harus bertanggungjawab atas jebolnya Pusat Data Nasional.Menkominfo Budi Arie Setiadi memaparkan bahwa hacker 'menyandera' PDN Indonesia dan meminta tebusan 8 juta dolar AS atau sekitar Rp131 miliar.
Memang dunia siber alias dunia maya bukan cuma soal media sosial tapi saling adu hacker. Korea Utara untuk mendanai program rudal nuklirnya sampai mencuri transaksi keuangan Mobile Banking dolar AS. Saat ini jika Indonesia gagap soal siber bakal kalah dalam perang siber.
Indonesia perlu membentuk angkatan perang siber. Seperti halnya Singapura, mereka punya angkatan perang Siber. Bahwasanya musuh akan melakukan serangan siber ke Indonesia sebagai pembukaan.
Baru setelah itu serangan fisik seperti pendaratan amfibi dan lain sebagainya dilakukan.Setelah fasilitas strategis kita dilumpuhkan dengan serangan siber, setelah itu serangan udara. Baru setelah itu pasukan pendaratan lautnya muncul, kira-kira itu skenario yang dibayangkan ke depan.
Hal seperti inilah yang akan terjadi bila Indonesia gagap menanggapi serangan siber seperti kasus PDN. Indonesia bisa saja kalah dalam perang siber yang efeknya lebih parah dibanding serangan ke Pusat Data Nasional. (*)