Sejumlah tokoh muda diprediksi bakal meramaikan bursa pemilihan kepala daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Sejumlah poster, spanduk, baliho atau apa pun namanya, sudah bertebaran di pinggir jalan-jalan utama hingga gang sempit yang menampilkan sosok bakal calon kepala daerah.
Tak sedikit yang menyisipkan keterangan sebagai putra daerah tak diragukan lagi memimpin daerahnya. Pemasangan poster dan spanduk bergambar bakal calon kepala daerah ini sebagai bentuk sosialisasi kepada publik.
Soal kepastian tokoh dimaksud maju pilkada, itu soal nanti, yang pasti sudah mengenalkan diri. Setidaknya publik sudah mengetahui bahwa tokoh tersebut, termasuk yang cukup diperhitungkan di daerahnya.
Kembali kepada persoalan haruskah putra daerah yang memimpin daerahnya? Jawabnya bisa beragam. Dalam sejumlah pilkada, putra daerah sudah mengantongi poin tersendiri. Kedekatan sebagai sesama warga daerah menjadi daya tarik tersendiri. itu yang sering disebut adanya ikatan geografis. Belum lagi ikatan psikologis dan sosiologis.
Tak sedikit cakada yang berasal dari putra daerah memenangkan kontestasi pilkada. Bahkan, jika sebelumnya berkarir di pusat, balik ke daerah untuk maju pilkada, dan menang.
Cukup banyak yang sebelumnya menjadi pejabat di pemerintahan pusat, menjadi anggota DPR di Senayan, kemudian meneruskan karir politik menjadi gubernur atau bupati/wali kota.
Putra daerah akan tambah moncer, jika memiliki popularitas, kapabilitas dan akseptabilitas. Lebih-lebih jika telah teruji memiliki sejumlah prestasi disertai dengan integritas moral yang tinggi.
Cukup beralasan, jika banyak kandidat yang memilih jargon politik putra daerah, maju membangun daerahnya, tak perlu disangsikan. Tetapi apa pun jargon yang diusung, kembali kepada bagaimana respon masyarakat yang akan memilihnya.
Putra daerah menarik, tetapi harus disertai dengan visi dan misi yang jelas, memihak kepada rakyat yang selama ini terpinggirkan.
Memiliki solusi jitu dalam mengatasi berbagai masalah yang selama ini menjadi beban masyarakat. Perlu solusi yang logis dan realistis, bukan menggantang asap. (*)