ACAP di antara kita tidak berpikir realistis hanya karena ingin memenuhi hasrat pribadinya. Sudah jelas penghasilan kurang mencukupi, masuk kelompok ekonomi susah, tetapi inginnya kredit mobil mewah.
“Kalian harus berpikir realistis, jika penghasilan hanya mampu mengcover kredit sepeda motor, jangan kemudian berharap mobil,” kata Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, Mas Bro dan Yudi.
“Saya punya teman, penampilan keren dengan mobil mewah, tetapi mobil pinjaman,” ujar Yudi.
“Pinjam dengan memiliki itu beda. Pinjam silakan selama masih dipercaya untuk meminjam, tetapi kalau memiliki dengan memaksakan diri itu sebaiknya yang harus dihindari,” jawab Mas Bro.
“Jangan sampai gali lubang, tutup lubang akibat tidak berpikir realistis. Yang rugi bukan diri sendiri, orang lain juga ikut kena imbas,” timpal Heri.
“Berpikir realistis mestinya diterapkan dalam semua aspek kehidupan, tidak hanya sosial ekonomi, juga dalam dunia politik,” respons Mas Bro.
“Kalau untuk menjadi caleg tingkat kabupaten saja susah tembus, jangan berharap mendaftarkan diri menjadi caleg DPR Pusat,” kata Heri.
“Lantas bagaimana dengan pilkada?” tanya Yudi.
“Jika ingin menang harus realistis, jangan asal maju pilkada, apalagi baru pertama ikut kontestasi. Lain hanya jika tokoh yang sudah dikenal publik, memiliki popularitas tinggi, elektabilitas juga mendukung,” urai Heri.
“Yang dikenal publik, punya elektabilitas tinggi saja tetap berpikir realistis, contohnya Ridwan Kamil dan Anies Baswedan untuk maju pilkada Jakarta,” kata Yudi.
“Ada namanya kalkulasi politik berdasarkan realitas politik yang menyertainya.Ridwan Kamil akrab disebut RK memiliki segalanya untuk maju pilgub Jakarta. Dukungan partai sudah jelas, dari Gerindra, juga Golkar. Tiket nyagub sudah dikantongi,” ungkap Mas Bro.
.jpg)
.jpg)
