Kontak Budaya Antara Betawi dan Indo-Betawi: Pakai Kolor untuk Santai karena Bikin Sirkulasi Udara Lancar

Selasa 11 Jun 2024, 06:12 WIB
Budayawan Betawi, Ridwan Saidi. (foto: ist)

Budayawan Betawi, Ridwan Saidi. (foto: ist)

Masyarakat Betawi dan Indo sama-sama menyukai sepak bola. Hingga pada zaman sebelum perang dunia II, banyak didirikan komunitas sepak bola. Betawi dan indo-betawi berbaur dalam komunitas tersebut. Klub seperti BVC dan VIOS didirikan oleh orang belanda totok atau indo.

Orang betawi juga mendirikan komunitas seperti Tjahaya Kwitang, de Bruiner (si sawo matang), Sinar Kernolong, dan Sentjaki. Namun, meski didirikan secara berpisah, setelah kemerdekaan ada pula orang Betawi yang masuk komunitas sepak bola Indo. Begitu juga sebaliknya.

Kontak kebudayaan dari aspek bahasa antara keduanya bisa dilihat dari penyerapan bahasa yang digunakan orang Indo ke dalam bahasa Betawi. Seperti henbal, dobrak, syut, oper, dribel, dan senter (sengaja menendang orang dengan keras ). Kata-kata ini masih digunakan banyak orang sampai sekarang.

Bagi perempuan Indo, permainan bola basket lebih disukai. Tapi, tidak untuk kaum perempuan Betawi. Mereka lebih suka menontonnya dari bermain. Permainan ini sering dilakukan di lapangan Balai Kota –dekat monas- dan lapangan Banteng.

Meski hanya latihan, lapangan itu ramai dengan para penonton. Jelas, yang menontonnya adalah para lelaki yang ingin melihat perempuan Indo yang memakai celana short –celana ketat yang pendek- saat latihan.

Mungkin ini indikator munculnya kata mata keranjang. Karena pada saat menonton permainan tersebut, para penonton fokus memperhatikan penampilan para perempuan indo-betawi. Hening situasinya, dan hanya sedikit yang memberikan tepuk tangan.

Kolor VS Kancut

Kebiasaan orang betawi dalam berpenampilan berbeda dengan orang Indo. Saat bersantai, mereka memakai "kolor"-celana pendek yang panjangnya tidak sampai lutut-, karena jenis celana ini terlihat lebih santai dan dapat mengatur sirkulasi udara, sehingga adem saat dipakai.

Lama-kelamaan, karena celana ini lebih mudah bau –orang betawi menyebutnya bau bacin-, maka mereka beralih ke jenis celana dalam yang biasa disebut "kancut".

Kancut sering dipakai orang Indo saat berenang. Sepertnya ini memunculkan kepercayaan diri tersendiri saat orang Betawi memakainya. Selain itu, sebagian orang Betawi, terutama kaum bapak, memakai setelan celana batik yang panjangnya melebihi lutut.

Kaos Putih, Peci dan Gesper

Lalu atasannya memakai kaos berkancing warna putih, peci, dan gesper lengkap dengan dompet, tempat menyimpan tembakau, dan terompah (alas kaki yang terbuat dari kulit) sebagai alas kaki.

Penampilan ini berbeda dengan apa yang dipakai oleh orang Indo. Jika mau keluar rumah, mereka mesti bersepatu dan berkaos kaki, yang biasa disebut stiwel, yaitu kaos kaki yang panjang. Juga tidak ketinggalan dengan ikat pinggang, atau mereka menyebutnya band. Selampe atau sapu tangan, pun selalu ada di kantongnya. Jika malam hari, orang Indo biasa memakai syal.

Kalau kata orang Betawi, "Endo kagak kepengen badannye soak". Sebelum Perang dunia II muncul, perempuan Indo suka memakai pakaian kebaya. Tapi, saat celana jeans muncul, kebaya mulai ditinggalkan perempuan indo.

Neces dan Resik

Berita Terkait

News Update