Sudin Pendidikan Jakbar Koordinasi dengan KPAI Ungkap Kasus KS Siswi SLB hingga Hamil 5 Bulan

Selasa 21 Mei 2024, 11:15 WIB
Ilustrasi - korban kekerasan seksual (KS). (Pixabay/Johnny Gunn)

Ilustrasi - korban kekerasan seksual (KS). (Pixabay/Johnny Gunn)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Barat masih mendalami kasus kekerasan seksual (KS) terhadap siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) di Jakarta Barat hingga hamil lima bulan.

Kepala Suku Dinas (Kasudin) Pendidikan Jakarta Barat, Diding menerangkan sampai saat ini masih terus berkoordinasi dengan pihak terkait, di antaranya dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

"Masih kita cari tau, kita berkoordinasi dengan KPAI," katanya dihubungi Selasa, 21 Mei 2024.

Diding menjelaskan, dalam kasus dugaan asusila terhadap siswi SLB ini, penanganan dilakukan dengan melibatkan banyak pihak.

Pasalnya, korban merupakan anak berkebutuhan khusus dan perlu penanganan khusus untuk proses komunikasi sehingga kasus tersebut bisa terungkap.

"Kan kita gak bisa langsung menuduh pelakunya siapa, jadi masih kita cari tau dulu," tukasnya.

Diding menjelaskan, sampai saat ini kasus tersebut ini masih diselesaikan secara internal. Dalam hal ini keluarga korban belum melaporkan ke kepolisian.

"Iya masih coba diselesaikan secara internal," pungkasnya.

Sebelumnya, Nasib malang menimpa siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri kawasan Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat, yang diduga dihamili teman sekelas.

Korban anak berinisial AS (15) merupakan siswi kelas 7 di sekolah tersebut. Ibu korban, Rusyani mengatakan kejadian memilukan itu diketahui terjadi 6 Mei 2024, kala sang anak mulai mengalami perubahan fisik yakni perutnya yang semakin membesar.

Sang anak merupakan disabilitas intelektual dan memiliki keterbatan dari segi pendengaran juga bicara.

"Awalnya gak ada kecurigaan karena anak saya datang menstruasi itu enggak setiap bulan. Pernah empat bulan gak datang menstruasi itu enggak ada apa-apa," katanya kepada wartawan, Senin, 20 Mei 2024.

Pada saat malam takbiran kemarin, Rusyani mengungkap jika sang anak mengalami muntah-muntah.

Awalnya Rusyani tak menaruh kecurigaan atas peristiwa tersebut. Namun ia melihat kondisi anak mulai melemah hingga akhirnya memutuskan untuk membawanya ke klinik.

"Saya masuk ke USG, dinyatakan anak saya hamil lima bulan. Saya shock disitu sampai gak bisa ngapa-ngapain," paparnya.

Alhasil keluarga menanyakan kepada AS terkait kehamilannya itu.

Dengan bahasa isyarat, AS hanya mengisyaratkan jika tindakan asusila terjadi di lingkungan sekolahnya. 

Rusyani kemudian menunjukkan dua foto anak laki-laki yang memang satu kelas dengan AS. Saat itu, korban menunjuk salah satu foto anak laki-laki tersebut.

Dari petunjuk itu, ibu korban lantas mendatangi sekolahnya untuk membicarakan masalah ini ke kepala sekolah dan wali kelasnya.

"Kepala sekolah enggak mau nemuin kami ke wali kelasnya, alasanya takutnya syok katanya," ungkap Rusyani.

Kepala Sekolah, Daliman mengatakan bahwa telah menerima laporan terkait hamilnya satu peserta didik berinisial AS itu sejak 8 Mei 2023 lalu.

"Kami tindak lanjuti, kami informasikan kepada guru kelas dan langsung mengajak berbicara dengan anak- tersebut, baik korban maupun terduga," ucap Daliman. (pandi)
 

Berita Terkait

News Update